Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) kian ekspansif. Mereka menambah belanja modal tahun ini menjadi Rp 1,7 triliun. Nilai ini lebih lebih besar ketimbang anggaran tahun lalu sebesar Rp 1,3 triliun.
"Belanja modal itu akan digunakan untuk menambah 16 rumahsakit greenfield," ujar Romeo Lledo, Presiden Direktur SILO, kepada KONTAN, Jumat (20/1). Tapi, dia belum menyebutkan detail lokasi ke-16 rumahsakit itu.
Selain membangun rumahsakit baru, SILO juga mengembangkan bisnis dengan jalan akuisisi. Belum lama ini, SILO menggelontor dana Rp 182 miliar untuk mencaplok dua rumahsakit yakni Rumahsakit (RS) Umum Sentosa di Bekasi, Jawa Barat, dan RS Graha Ultima Medika di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Nilai investasi rumahsakit di Bekasi sebesar Rp 26,5 miliar dan Rp 155 miliar untuk akuisisi rumahsakit di Mataram.
RS Umum Sentosa adalah rumahsakit dengan kapasitas 50 tempat tidur yang berlokasi di koridor Timur Jakarta. Rumahsakit ini beroperasi di bangunan seluas 2.911 m² dan tanah seluas 1.879 m².
SILO berencana meningkatkan kapasitas tempat tidur RS Umum Sentosa dan mendaftarkannya sebagai rujukan pasien BPJS Kesehatan. Selain rumahsakit, transaksi tersebut juga mengakuisisi Klinik Chandra Sentosa milik RS Umum Sentosa.
Klinik ini terletak kurang lebih 300 meter dari RS Umum Sentosa, yang melayani 5.700 pasien BPJS Kesehatan. Keberadaan RS Umum Sentosa akan melengkapi Siloam Hospitals Lippo Cikarang yang mempunyai 114 kapasitas tempat tidur.
Sementara RS Graha Ultima adalah rumahsakit dengan 70 kapasitas tempat tidur. Lokasinya dekat dengan pusat turis, Pantai Senggigi, kurang lebih 18 kilometer arah Utara Kota Mataram. RS Graha Ultima beroperasi di bangunan dengan luas 7.725 m² dan tanah seluas 11.596 m².
Akhir tahun lalu, SILO menerbitkan saham baru dan mengantongi dana segar mencapai Rp 1,3 triliun. Pemilik jaringan RS Siloam ini menggunakan dana hasil penjualan saham itu untuk kebutuhan ekspansi dan pembayaran utang. Dalam tempo lima tahun ke depan, SILO memang berikhtiar untuk membangun 40 rumahsakit lagi.
Hingga kuartal ketiga 2016, SILO mengelola 23 rumahsakit dan 16 klinik di 17 kota di Indonesia, dengan kapasitas total 5.100 tempat tidur. Anak usaha PT Lippo Karawaci (LPKR) Tbk ini mengantongi pendapatan Rp 3,82 triliun pada sembilan bulan pertama tahun lalu, naik 26,91% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih SILO tumbuh 21,38% menjadi Rp 85,45 miliar.
Pada perdagangan Jumat (20/1), harga saham SILO ditutup turun 0,62% ke level Rp 12.100 per saham ketimbang harga hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News