kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45912,42   -14,31   -1.54%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Silakan cermati berita di bursa saham hari ini!


Selasa, 08 September 2015 / 05:26 WIB
Silakan cermati berita di bursa saham hari ini!


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas anda di pagi hari, kami menyuguhkan berita bursa saham di halaman 4 Harian KONTAN edisi 7 September 2015, sebagai berikut.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)

Kesulitan pendanaan mendorong PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) merevisi investasinya. Tadinya, ANTM perlu merogoh kocek US$ 1,7 miliar untuk proyek pembangunan pabrik feronikel Halmahera Timur (P3FH) berkapasitas 40.000 ton. Kini, ANTM menurunkan investasinya menjadi US$ 250 juta untuk pabrik berkapasitas 15.000 ton feronikel.

ANTM berupaya menekan belanja barang modalnya. Caranya yakni dengan berpindah dari kualitas premium mesin berteknologi Jepang dan Jerman menjadi fabrikasi dalam negeri dan China. Adapun, 85% barang modal untuk pabrik tersebut merupakan impor. "Dana semurah-murahnya. Ini harga paling bagus," ucap Direktur Keuangan ANTM, Johan Nababan, kepada KONTAN, Senin, (7/9).

Untuk proyek ini, dananya akan berasal dari Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Rights issue ANTM dilabelkan dengan harga Rp 371 sampai Rp 535 per saham. Ini berarti ANTM akan memperoleh pendanaan sekitar Rp 5,23 triliun hingga Rp 7,54 triliun. Di situ, pemerintah menyuntik Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 3,5 triliun.

Saham Konglomerasi

Masih tingginya sentimen negatif di pasar modal membuat sejumlah saham berguguran. Mulai dari saham berkapitalisasi besar hingga saham lapis dua (second liner). Tak terkecuali saham-saham milik konglomerat bisnis.

Seperti saham milik Grup Salim, Astra, Sinarmas, Lippo dan MNC. Dari seluruh saham grup dan anak usaha yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan terbesar year-to-date (ytd) hingga penutupan Jumat (4/9) dialami saham Grup Salim.

Secara rata-rata, penurunan saham milik Keluarga Salim mencapai 20,16%. Dari tujuh anak usaha yang listing, hanya dua yang positif. Kedua perusahaan itu adalah Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan Indoritel Makmur (DNET). Masing-masing menguat 7,25% dan 8,2% sejak awal tahun.

Penurunan tertinggi juga dialami saham Grup Astra. Rata-rata saham kelompok usaha yang didirikan William Soeryadjaya ini melorot 19,98%. Hanya saham United Tractors (UNTR) yang positif. Saham emiten pertambangan dan alat berat ini menguat 14,84%.

PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)

Memanfaatkan koreksi pasar saham domestik, manajemen PT Ace Hardware Indonesia Tbk mengakumulasi beli sahamnya di pasar melalui program buyback. Emiten berkode saham ACES ini melaporkan telah membeli kembali sebanyak 5,27 juta unit saham atau 3,07% dari total saham.

"Jumlah dana yang kami gunakan mencapai Rp 3,99 miliar dari rencana maksimal Rp 34,37 miliar," ungkap Sekretaris Perusahaan ACES, Helen R Tanzil, kepada KONTAN, Senin (7/9). Dengan demikian, sisa dana program buyback ACES sebanyak Rp 30,37 miliar.

Perusahaan ritel perkakas rumah tangga ini masih merencanakan aksi buyback saham hingga tiga bulan ke depan. Adapun porsi saham yang diincar maksimal setara 20% total saham.

Emiten Baru

Di tengah kondisi pasar modal yang masih bergejolak, Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap, bisa ada delapan emiten baru tambahan tahun ini. Hingga saat ini, ada 12 emiten anyar yang mencatatkan saham di BEI.

Jumlah ini termasuk emiten relisting. "Tahun ini, kami menargetkan 20, kami bekerja keras (untuk mencapai target)," ujar Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, Senin (7/9).

Saat ini, ada enam emiten yang menyatakan rencana mereka masuk bursa. Keenamnya adalah PT Victoria Insurance, PT Internux, PT Vallianz Offshore Maritim, PT Ciputra Residence Kino Corporation dan PT Radio Mahaka Integra, pemilik Gen FM dan Jak FM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×