kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Shandong pangkas produksi, harga aluminium naik


Rabu, 09 Agustus 2017 / 20:23 WIB
Shandong pangkas produksi, harga aluminium naik


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Berbagai sentimen dari China menambah optimisme pertumbuhan harga aluminium. Gempa bumi yang melanda provinsi Sichuan, pembatasan impor imbas kebijakan lingkungan pemerintah, dan tutupnya smelter Shandong menjadi tiga alasan utama melambungnya harga komoditas ini.

Mengutip Bloomberg, pabrik smelter aluminium China di provinsi Shandong yang menjadi salah satu produsen terbesar komoditas ini memangkas kapasitas produksi sebesar 3,21 juta ton per tahun pada akhir Juli akibat tekanan isu lingkungan dari pemerintah.

Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto melihat hal tersebut sebagai sentimen positif untuk harga aluminium. Menurut Andri, selama tahun 2017, harga aluminium telah naik hampir 19% dan mayoritas didorong sepenuhnya dari sentimen yang berasal dari negara terbesar di Asia Timur tersebut. "Penurunan produksi membuat pelaku pasar melihat akan munculnya defisit di China," jelas Andri kepada KONTAN, Rabu (9/8).

Harga aluminum menyentuh angka US$ 2.030 per metrik ton, naik 3,36% dibanding hari sebelumnya di US$ 1.964 per metrik ton. Kinerja hari ini sekaligus mencatat kenaikan tertinggi sejak Desember 2014.

Di sisi lain, kebutuhan China akan komoditas aluminium akan segera melambung. Gempa bumi di Sichuan akan mendorong usaha rekonstruksi di sektor properti dan pembangunan. Harga aluminium pun akanĀ terpacu data manufaktur dan masuknya China ke industri dirgantara.

Andri melihat, langkah China yang mulai terjun di industri dirgantara direncanakan untuk bersaing di pasar global. "Kalau itu berjalan jangka panjang, kebutuhan aluminium akan bertambah di sektor dirgantara," jelas Andri.

Sebagai informasi, pada 2015, Korporasi Penerbangan Komersil China (COMAC) membuka fasilitas industri penerbangan baru di Shanghai dan merilis pesawat seri C919.

Berdasarkan sentimen-sentimen tersebut, Andri memperkirakan, dalam jangka menengah harga aluminium akan menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×