kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Setelah terangkat B20, saham emiten CPO bisa terkoreksi lagi


Sabtu, 25 Agustus 2018 / 16:45 WIB
Setelah terangkat B20, saham emiten CPO bisa terkoreksi lagi
ILUSTRASI. Kebun kelapa sawit milik PT London Sumatera Indonesia Tbk (Lonsum)


Reporter: Intan Nirmala Sari, Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor perkebunan menjadi jawara kuartal III ini. Sejak awal Juli 2018 hingga Jumat (24/8), indeks sektor perkebunan naik 12,31%.

Harga saham emiten sawit yang cenderung menguat jelas punya andil terhadap kenaikan indeks tersebut. Saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), misalnya, mencetak kenaikan sampai 41,11% sejak awal Juli. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) juga mencatatkan kenaikan yang signifikan, sebesar 22,03%, dalam periode yang sama.

Kemarin, harga saham TBLA juga masih naik lumayan. Perdagangan saham TBLA ditutup pada harga Rp 1.080 per saham, naik 7,46% dalam sehari.

Harga saham-saham perkebunan menguat lantaran sentimen positif kebijakan B20. Mulai 1 September, pemerintah mewajibkan kandungan 20% biodiesel pada bahan bakar solar.

Selain itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga menyatakan kesiapan menyerap 2,2 kiloliter bahan bakar solar campuran tersebut.

Namun, Senior Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai tidak semua emiten CPO akan menikmati sentimen positif kebijakan B20 ini. Menurut dia, hanya emiten yang punya pabrik seperti TBLA dan SMAR yang akan diuntungkan kebijakan ini. "Ketika market sadar bahwa kebijakan B20 tak akan langsung terasa, sektor perkebunan berpotensi kembali terkoreksi," ujar William.

Senada dengan William, Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang juga menilai kebijakan B20 yang akan diterapkan pemerintah juga sifatnya hanya sementara. Dalam waktu dekat dampak kebijakan ini pada kinerja keuangan emiten CPO belum terasa.

Selain itu, harga CPO internasional saat ini cenderung tertekan gara-gara produksi melimpah, sementara permintaan cenderung stagnan. Edwin merekomendasikan hold untuk sektor CPO.

Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe melihat harga saham emiten CPO memang sudah cukup tinggi. Meski begitu, masih ada saham yang harganya berpotensi naik. Ia memprediksi harga BWPT bisa mencapai Rp 300 dari Rp 222 kemarin. Sedang harga LSIP masih bisa naik ke Rp 1.800 dari Rp 1.390 pada Jumat (24/8).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×