Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah setelah libur panjang pekan ini berpotensi stagnan cenderung melemah. Pelaku pasar mengambil sikap wait and see pada pengumuman pemilu Amerika Serikat (AS) dan kejelasan stimulus AS.
Mengutip Bloomberg, Selasa (27/10), rupiah menguat 0,17% ke Rp 14.625 per dolar AS. Kompak, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah menguat 0,04% ke Rp 14.690 per dolar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah sore ini didukung oleh data pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang dirilis lebih baik dari perkiraan pasar. "Pemulihan ekonomi di Korea Selatan mulai terlihat ini menyulut menguatnya won dan mata uang Asia, termasuk rupiah terhadap dollar AS," kata Josua, Selasa (27/10).
Baca Juga: IHSG melemah 0,31% ke 5.128 pada Selasa (27/10), asing kembali mencetak net sell
Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong menambahkan ketidakpastian stimulus AS membuat dolar AS tertekan dan rupiah jadi menguat. Dari dalam negeri, terlihat yield obligasi kembali bergerak turun. Artinya, asing mulai kembali masuk ke pasar obligasi dan membuat rupiah menguat.
Josua mengatakan pergerakan rupiah setelah libur panjang pekan ini akan dipengaruhi oleh data ekonomi AS, seperti advance GDP kuartal III dan klaim pengangguran.
Sementara itu, rupiah berpotensi kembali melemah jika kekhawatiran mengenai pandemi kembali meningkat. Lihat saja, kawasan Eropa kembali menerapkan lockdown dan berpotensi membatasi penguatan rupiah.
Baca Juga: Terdakwa kasus Jiwasraya divonis penjara seumur hidup, ini tanggapan BEI
Lukman mengatakan pelaku pasar juga cenderung bersikap wait and see hingga hasil pemilu AS keluar. Lukman menganalisis secara teknikal rupiah berpotensi kembali melemah tetapi tidak signifikan di rentang Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.700 per dolar AS.
Sementara, Josua memproyeksikan rupiah di Senin (2/10) berada di rentang Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.725 per dolar AS.
Baca Juga: Kinerja masih tertekan, ini rekomendasi saham-saham perbakan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News