kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.093.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.430   24,00   0,15%
  • IDX 7.937   83,06   1,06%
  • KOMPAS100 1.111   9,35   0,85%
  • LQ45 809   4,06   0,50%
  • ISSI 272   3,87   1,45%
  • IDX30 420   2,48   0,59%
  • IDXHIDIV20 486   1,71   0,35%
  • IDX80 123   0,86   0,71%
  • IDXV30 133   -0,09   -0,07%
  • IDXQ30 136   1,05   0,78%

Serapan Capex Emiten Kurang Bergairah, Simak Rekomendasi Saham Ini


Senin, 15 September 2025 / 16:50 WIB
Serapan Capex Emiten Kurang Bergairah, Simak Rekomendasi Saham Ini
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham untuk emiten yang sudah melaporkan realisasi capex sepanjang semester I-2025


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten telah mengungkap realisasi anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sepanjang semester I-2025. Analis menilai, realisasi capex tersebut jadi cermin sikap hati-hati emiten untuk berekspansi di tengah tantangan ekonomi dan politik.

Contohnya, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang telah menyerap capex Rp 930 miliar di semester I-2025. Emiten unggas ini menganggarkan capex Rp 2 triliun tahun ini. 

Sementara itu, PT Astra International Tbk (ASII) sudah membelanjakan Rp 8,8 triliun dari total capex yang dianggarkan Rp 26 triliun untuk tahun ini. Sementara itu, realisasi capex PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) sebesar Rp 2,2 triliun dari total capex Rp 3 triliun-Rp 4 triliun untuk 2025.

Dari sektor pertambangan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah merealisasikan US$ 224,5 juta dari yang dianggarkan US$ 540 juta. Lalu, PT Amman Mineral International (AMMN) sudah merealisasikan US$ 719 juta dari anggaran US$ 1,4 miliar.

Selanjutnya PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang sudah merealisasikan capex US$ 20 juta di semester I-2025. Perusahaan milik Happy Hapsoro itu anggarkan capax US$ 70 juta. 

Baca Juga: IHSG Menguat Awal Pekan, Saham Big Banks Bergerak Campuran Senin (15/9/2025)

Kemudian dari sektor kesehatan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) telah membelanjakan Rp 400 miliar dari capex yang dicanangkan Rp 1 triliun. Disusul, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) yang sudah menyerap Rp 359 miliar di semester I-2025.

Untuk sektor energi dan distribusi bahan bakar, ada PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang mengungkap telah menyerap capex Rp 609 miliar dari yang direncanakan Rp 1 triliun - Rp 1,2 triliun.

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, serapan capex dari sejumlah emiten tersebut menjadi cermin sikap hati-hati untuk berekspansi. Menurutnya, perusahaan masih menunggu situasi ekonomi dan politik yang lebih stabil.

“Di tengah ketidakpastian fiskal, fluktuasi suku bunga, dan kondisi global yang belum sepenuhnya kondusif, banyak perusahaan memilih strategi konservatif dan menjaga cashflow terlebih dulu,” ujarnya saat dihubungi Kontan, Senin (15/9/2025).

Dilihat secara sektoral, sektor kesehatan dan konsumer seperti KLBF dan MIKA menurut Ekky cenderung lebih irit, sedangkan sektor yang mulai royal yakni otomotif dan sumber daya alam, seperti ASII dan INCO. Wajar saja, keduanya terdorong oleh sejumlah proyek besar dan program hilirisasi pemerintah.

Baca Juga: BCA Catatkan Penyaluran Kredit UMKM Sebesar Rp 136 Triliun pada Juni 2025

Pemicu utama dari pola ini, lanjut Ekky, ialah ketidakpastian kebijakan, ekspektasi arah suku bunga, dan kehati-hatian terhadap outlook konsumsi masyarakat. Selain itu, emiten juga menimbang dinamika biaya logistik dan potensi fluktuasi permintaan domestik dan ekspor.

Agar ekspansi kembali masif, pelaku usaha menurutnya perlu melihat kepastian regulasi, akses pendanaan yang murah dan stabil, serta indikator makro yang membaik, seperti penurunan suku bunga, stabilnya rupiah, dan kelanjutan stimulus fiskal pemerintah.

“Jika itu terwujud di semester II, maka capex bisa mulai naik signifikan,” katanya.

 

Dari sisi saham, JPFA menurut Ekky bisa jadi pilihan menarik, sebab emiten ini punya prospek pertumbuhan konsumsi jangka panjang.

Selain itu, JPFA telah memberi sinyal ekspansi yang sejalan dengan program Makan Bergizi Gratis. Investor bisa mulai masuk dengan target harga di rentang Rp 2.200-Rp 2.300. 

“INCO juga menarik seiring dorongan hilirisasi dan potensi lonjakan permintaan nikel global, dengan target jangka panjang di kisaran Rp 5.000,” tambah Ekky.

Pun, MIKA kata dia tetap layak dikoleksi secara jangka panjang, mengingat strategi ekspansinya yang terukur dan fundamental yang defensif. Target yang dipasang Ekky yakni Rp 2.800-Rp 3.000. 

Selanjutnya: 8 Cara Jitu Menghemat Uang untuk Kelas Menengah

Menarik Dibaca: 8 Cara Jitu Menghemat Uang untuk Kelas Menengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×