Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SYDNEY. Kontrak harga minyak diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam satu minggu terakhir di New York. Pemicu kenaikan harga minyak adalah serangan udara yang dilancarkan pasukan koalisi di Libia.
Kondisi tersebut mengancam adanya penyusutan suplai minyak secara berkepanjangan. Selain itu, semakin meruncingnya konflik akan memangkas pengiriman minyak dari Timur Tengah.
Kemarin, kontrak harga minyak naik 2,3% setelah Pemimpin Libya Muamar Kaddafi berjanji untuk membalas serangan. Ketegangan di Libia membuat produksi minyak dari negara itu terpangkas hingga tinggal seperempatnya saja. Dikhawatirkan, produksi minyak akan terhenti seluruhnya.
"Ketidakpastian di Timur Tengah selalu berdampak buruk bagi harga minyak. Harga minyak akan bergejolak jika terjadi ketegangan di negara-negara penghasil utama minyak," jelas Michael Lynch, president of Strategic Energy & Economic Research di Winchester, Massachussetts.
Catatan saja, kontrak harga minyak untuk pengantaran April diperdagangkan pada posisi US$ 102,48 per barel di NYMEX pada pukul 09.30 waktu Sydney. Kontrak yang bakal habis masa berlakunya hari ini tersebut, kemarin sempat melonjak US$ 1,26 atau 1,3% menjadi US$ 102,33 per barel. Ini merupakan level paling tinggi sejak 10 Maret lalu.
Sedangkan kontrak harga minyak jenis Brent naik US$ 1,03 atau 0,9% ke level US$ 114,96 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News