Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang satu tahun ke belakang, mayoritas saham dalam indeks KOMPAS100 mencatatkan penurunan. Pada indeks tersebut, penurunan harga saham terdalam terjadi PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), yakni 85,41% per Rabu (12/2). Disusul oleh PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) yang turun 80,64% serta PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) yang merosot 75,82%.
Penurunan harga saham terdalam selanjutnya terjadi pada PT PP Properti Tbk (PPRO), PT Sentul City Tbk (BKSL), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BPBD), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN).
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama memprediksi, penurunan pada saham-saham tersebut hanya bersifat sementara. Pasalnya, dia melihat fundamental saham-saham ini masih tergolong baik. "Harusnya investor tidak perlu khawatir terhadap penurunan harga yang terjadi," kata Okie kepada Kontan.co.id, Rabu (12/2).
Baca Juga: IHSG berpeluang menguat pada Kamis (13/2)
Akan tetapi, untuk INDY dan ITMG, Okie melihat bahwa 2020 akan menjadi tahun yang cukup berat bagi dua emiten tersebut. Pasalnya, tekanan dalam industri tambang masih cukup besar akibat tren penurunan harga komoditas.
"Namun perlu diperhatikan kembali upaya dari manajemen guna melakukan diversifikasi bisnis demi menjaga kinerja perusahaan," ucap dia. Oleh karena itu, ia mengambil posisi netral untuk saham INDY dan ITMG.
Sebaliknya, dia memprediksi, emiten sektor properti akan memperoleh dampak positif dari penurunan suku bunga dan loan to value (LTV). Kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga terjadi kenaikan permintaan pada bahan material, peralatan rumah tangga, dan lain-lain.
Baca Juga: Rupiah menguat tipis ke level Rp 13.674 per dolar AS pada Rabu (12/2)
Untuk itu, ia merekomendasikan investor untuk memperhatikan saham PPRO dan BKSL, terlebih lagi valuasi saham keduanya dia nilai sudah tergolong cukup murah. "Sehingga saat ini yang perlu diperhatikan adalah perbaikan permintaan pada sektor properti dan kinerja keuangan dari emiten tersebut," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News