kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.404.000   -3.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.687   12,00   0,07%
  • IDX 8.633   -7,44   -0,09%
  • KOMPAS100 1.183   -6,87   -0,58%
  • LQ45 847   -6,48   -0,76%
  • ISSI 308   -1,78   -0,58%
  • IDX30 440   0,35   0,08%
  • IDXHIDIV20 513   0,38   0,07%
  • IDX80 132   -0,90   -0,67%
  • IDXV30 141   0,28   0,20%
  • IDXQ30 141   0,20   0,14%

September Effect Tahun Ini Redup, Bitcoin Masih Berpotensi Menguat


Kamis, 04 September 2025 / 10:37 WIB
September Effect Tahun Ini Redup, Bitcoin Masih Berpotensi Menguat
ILUSTRASI. Tahun ini pasar memang menghadapi dinamika tambahan seperti adanya outflow ETF Bitcoin, aktivitas whale (investor besar) yang meningkat.REUTERS/Benoit Tessier/Illustration


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan September biasanya menjadi momentum harga aset kripto Bitcoin anjlok seiring ramainya aksi ambil untung usai reli musim panas. Fenomena ini dikenal sebagai September Effect. Namun, harga Bitcoin masih diprediksi naik di September 2025.

Berdasarkan Coinmarketcap, pada Kamis (4/9/2025) pukul 9.30 WIB, harga Bitcoin ada di level US$ 111.901 atau naik 0,68% selama 24 jam terakhir, meningkat 0,26% dalam seminggu, serta terkoreksi 2,43% selama sebulan terakhir.

Chairman Indodax, Oscar Darmawan mencermati, tahun ini pasar memang menghadapi dinamika tambahan seperti adanya outflow ETF Bitcoin, aktivitas whale (investor besar) yang meningkat, serta ketidakpastian makroekonomi global.

“Namun, perlu ditekankan bahwa Bitcoin adalah aset jangka panjang yang pergerakannya tidak hanya ditentukan oleh pola musiman,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (3/9/2025).

Baca Juga: Strategi Cuan Bitcoin Saat September Effect!

Adapun untuk September, Oscar bilang sentimen pasar cukup kompleks. Saat ini, kebijakan suku bunga The Fed masih menjadi salah satu sentimen utama.

Terutama dengan potensi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Menurut Oscar, hal ini dinilai penting karena bank sentral tak seharusnya menunggu kondisi ekonomi memburuk sebelum melonggarkan kebijakan.

“Kebijakan tersebut berpotensi mendorong aliran dana ke aset berisiko seperti Bitcoin, sekaligus memberi sentimen positif bagi pasar kripto secara keseluruhan,” terangnya.

Di lain sisi, outflow ETF senilai lebih dari US$ 700 juta memberi tekanan jangka pendek terhadap harga.

Tak hanya itu, aktivitas investor besar yang mencapai rekor baru memiliki potensi akumulasi melalui penambahan kepemilikan oleh pelaku pasar. “Meskipun, di satu sisi terdapat aktivitas distribusi berupa pelepasan Bitcoin ke pasar,” imbuh Oscar.

Baca Juga: September Effect untuk Bitcoin Diprediksi Tak Terjadi Tahun Ini, Apa Alasannya?

Adapun ia mencermati, kondisi geopolitik global, mulai dari inflasi yang stagnan di AS hingga tensi perdagangan yang meningkat, membuat Bitcoin berperilaku mirip aset berisiko.

Hingga akhir September, Oscar melihat pergerakan Bitcoin akan fluktuatif dengan dinamika naik turun yang cukup tajam.

“Arah harga akan bergerak dalam kisaran yang terbatas, namun masih berpeluang kembali menguat apabila sentimen pasar membaik,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×