kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sepi aksi, ISAT butuh energi ekstra


Kamis, 26 Agustus 2010 / 09:28 WIB
Sepi aksi, ISAT butuh energi ekstra


Reporter: Dyah Megasari | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Tak seperti emiten telekomunikasi lain yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih, PT Indosat Tbk (ISAT) justru harus menelan pil pahit pada semester pertama tahun ini. Laba operator seluler ini anjlok 71,5%, dari Rp 1,01 triliun di akhir Juni 2009 menjadi Rp 287,1 miliar di akhir Juni 2010.

Sebetulnya, pada periode tersebut, ISAT membukukan pendapatan Rp 9,66 triliun, atau meningkat 5,8%. Sayang, beban usahanya meningkat 11,5% jadi Rp 8,04 triliun. "Keuntungan dari nilai tukar mata uang asing menurun," imbuh CEO ISAT Harry Sasongko.

Tak heran, tren harga saham ISAT pun menurun. Memang, kemarin harga saham ISAT naik 0,54% ke Rp 4.650 per saham. Tapi, jika dibandingkan harga tertinggi tahun ini di Rp 6.200 (17/3), artinya harga ISAT telah turun 33,3%.

Kepala Riset Sucorinvest Central Gani Adrian Rusmana menyarankan agar investor berhati-hati dulu jika ingin mendekap saham ISAT. "Saham emiten yang aman harus memberikan keterbukaan informasi secara jelas," kata Adrian, kemarin (25/8).

Menurutnya, sebagai perusahaan publik, ISAT belum memberikan informasi secara gamblang kepada investor. "Terlebih kondisi keuangan ISAT belum semuanya terbuka," ujar Adrian.

Kalah agresif

Analis Mandiri Sekuritas Jerome Jovellana menyatakan, laba bersih ISAT pada semester I tersebut di bawah ekspektasi pasar. Namun, "Pada semester II, kinerja ISAT masih bisa naik asalkan tak ada masalah keuangan yang cukup berarti," ujarnya.

Sementara Kepala Riset e-Trading Securities Betrand Raynaldi menilai, penurunan kinerja ISAT tersebut masih dalam batas wajar. "Memang kalau dibanding tahun lalu, laba ISAT turun drastis, tapi itu karena masalah kurs saja," tutur dia.

Namun, secara bisnis, Adrian melihat, ISAT kalah agresif dibanding dibanding emiten telekomunikasi lainnya.

Betrand juga sepakat, ISAT jarang melakukan promosi dan penetrasi pasar secara signifikan. Ia menyarankan agar ISAT mengalihkan sumber pendapatan selulernya. "Pengguna seluler sudah cukup banyak, agak sulit untuk naik lagi," jelas Betrand. Menurutnya, lahan yang masih subur bagi ISAT adalah sektor penyediaan data dan internet.

Meski menilai ISAT kurang agresif, Adrian meramal, pendapatan ISAT tahun ini masih bisa mencapai dua kali pendapatan semester I. Artinya, potensi pendapatan ISAT bisa sebesar Rp 19,32 triliun. Tapi, soal laba bersihnya, ia belum memiliki prediksi pasti. "Bisa saja menjadi Rp 1 triliun, tapi belum bisa menjadi patokan juga. Lebih baik investor menunggu informasi ISAT secara langsung," saran Adrian.

Betrand memprediksi, pendapatan ISAT tahun ini Rp 19 triliun-Rp 20 triliun, dengan laba bersih Rp 700 miliar. Tahun lalu, pendapatan ISAT mencapai Rp 18,39 triliun dan laba bersihnya Rp 1,49 triliun.

Adrian merekomendasikan jual saham ISAT dengan target harga di Rp 4.200 per saham. Adapun, Jerome masih memberi rekomendasi beli dengan target Rp 5.400 per saham.

Betrand pun merekomendasikan beli dengan catatan, hanya untuk pegang jangka satu sampai dua minggu. "Ketika sudah mendekati Rp 5.000 bisa segera dijual karena pergerakannya terbatas," nasehat Betrand.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×