kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.194   6,00   0,04%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Sepekan Investasi: Eh, rupiah menguat di ujung


Sabtu, 03 September 2016 / 10:05 WIB
Sepekan Investasi: Eh, rupiah menguat di ujung


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Selama sepekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung turun. Dibandingkan dengan  penutupan perdagangan pada pekan sebelumnya yang level 5.439, indeks pada hari terakhir di minggu ini turun 1,6% menjadi level 5.353. Investor asing juga terus melakukan net sell selama sepekan sebesar Rp 2 triliun. Namun, pada pekan ini indeks pada level 5.353 menunjukkan bahwa indeks mampu bangkit  0,35%  setelah beberapa hari sebelumnya turun.

Bagaimana indeks pekan depan? Krishna Setiawan, analis Lautandhana Securindo, mengatakan bahwa pola pergerakan indeks pekan depan akan cenderung sama dengan sepekan ini. "Pasar sepertinya masih mempertahankan indeks di level 5.300," kata Krishna kepada KONTAN, Jumat (2/9).

Adapun analis teknikal Daewoo Securities Tasrul memprediksi, trading range IHSG untuk hari Senin (5/9) akan berkisar  antara level 5.311-5.391. Alasannya, dari hasil optimalisasi indikator Money Flow Index (MFI) dan indikator W%R, IHSG saat ini cenderung naik dari support trendline.  "Namun volume transaksi masih berada di bawah rata-rata. Dengan demikian, diperkirakan potensi kenaikan IHSG masih terlihat namun akan terbatas di kisaran resistance di atas (limited upside)," jelas Tasrul.  

Berikut pergerakan IHSG selama sepekan:

Senin (29/8), IHSG mengekor pelemahan bursa saham regional di tengah sentimen pidato Janet Yellen. Mengacu data RTI, indeks dibuka terkoreksi 0,79% ke level 5.395,674 pukul 09.14 WIB. Tercatat 134 saham memerah, 53 saham menghijau, dan 48 saham stagnan. Volume perdagangan di awal perdagangan 886,9 juta lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 388,9 miliar.

Sesi I, IHSG masih tak berdaya. Mengacu data RTI, indeks terkoreksi tajam 1,21% atau 66,001 poin ke level 5.372,830. Tercatat 212 saham bergerak turun, 73 saham bergerak naik, dan 69 saham stagnan. Perdagangan pagi IHSG melibatkan 3,42 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,23 triliun. Aksi jual asing turut menekan IHSG. Di pasar reguler, net sell asing Rp 125,897 dan Rp 122,221 miliar keseluruhan perdagangan.

Sesi II, IHSG ditutup di zona merah pada akhir transaksi perdagangan hari ini. Berdasarkan data RTI, pada pukul 16.00 WIB, indeks tercatat anjlok 1,25% menjadi 5.370,76. Volume transaksi perdagangan hari ini melibatkan 6,918 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 5,828 triliun.

Selasa (30/8), IHSG sempat terpeleset ke zona merah di awal transaksi perdagangan. Kendati demikian, indeks berhasil bangkit meskipun akhirnya tertekan lagi. Data RTI menunjukkan, pada pukul 09.24 WIB, indeks tercatat turun 0,08% menjadi 5.365,22. Kenaikan 127 saham menopang performa indeks. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 52 saham dan 71 saham lainnya tak berubah posisi. Volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 852,214 juta saham dengan nilai transaksi Rp 528,288 miliar.

Sesi I, rupanya, tekanan jual masih melanda IHSG. Meski sempat naik di awal perdagangan, tapi di akhir sesi,  indeks kembali tertekan. Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks mencatatkan penurunan 0,48% menjadi 5.345,12. Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 4,324 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,020 triliun.

Sesi II, IHSG belum mampu bangkit dari zona merah saat bursa regional rebound. Mengacu data RTI, indeks ditutup terkoreksi 0,16% atau 8,448 poin ke level 5.362,316. Tercatat 218 saham bergerak turun, 100 saham bergerak naik, dan 91 saham stagnan. Volume perdagangan hari ini 7,88 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 7,84 triliun.

• Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan,  berlanjutnya aksi jual bersih asing di pasar saham domestik kembali mendorong indeks BEI mengalami pelemahan. "Bursa saham regional Asia sebenarnya cukup bagus. Namun karena bursa saham Dow Jones belum ada sinyal positif, pelaku pasar cenderung 'wait and see'," katanya.

Rabu (31/8), IHSG dibuka liar pada transaksi hari ini. Berdasarkan data RTI, pada pukul 09.15 WIB, indeks mencatatkan kenaikan 0,1% menjadi 5.367,34. Sebelumnya, indeks sempat tertekan di zona merah sebesar 0,13%. Volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 673,862 juta saham dengan nilai transaksi Rp 516,073 miliar.

Sesi I, IHSG tertahan. Berdasarkan data RTI, pada pukul 12.00 WIB, indeks hanya mencatatkan kenaikan tipis 0,15% menjadi 5.370,6. Padahal sebelumnya, indeks sempat bertengger di posisi 5.384,75. Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 3,593 miliar dengan nilai transaksi Rp 3,025 triliun.

Sesi II, IHSG berhasil rebound di tengah penantian pelaku pasar rilis data tenaga kerja AS akhir pekan ini. Mengacu data RTI, indeks naik 0,44% atau 23,766 poin ke level 5.386,082. Tercatat 214 saham bergerak naik, 105 saham bergerak turun, dan 82 saham stagnan. Volume perdagangan hari ini 6,97 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 7,90 triliun.

Kamis (1/9), IHSG tampak tak berdaya pada pembukaan pagi ini. Mengutip data RTI, pada pukul 09.19 WIB, indeks mencatatkan penurunan 0,54% menjadi 5.355,7. Volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 765,172 juta saham dengan nilai transaksi Rp 578,356 miliar.

Sesi I, IHSG kembali tak berkutik hari ini. Berdasarkan data RTI, pada pukul 12.00 WIB, indeks tercatat merosot 0,94% menjadi 5.335,68. Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 3,667 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,652 triliun.

Sesi II, IHSG ditutup turun sebesar 51,53 poin atau 0,95 % menjadi 5.334,54. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 9,18 poin (0,99 %) menjadi 915,77.

• "IHSG bergerak melemah di tengah data ekonomi yang dirilis relatif kondusif," kata analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya, Kamis (1/9).  Sementara itu, Kepala riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, pelaku pasar saham asing yang kembali melakukan aksi lepas saham kembali membebani laju indeks BEI.

Jumat (2/9), IHSG berfluktuasi cenderung melemah pada perdagangan akhir pekan. Mengacu data RTI, indeks terkoreksi tipis 0,04% ke level Rp 5.332,195 pukul 09:06 WIB. perdagangan pagi ini, melibatkan transaksi 40,2 juta lot saham dengan nilai Rp 327,6 miliar.

Sesi I, IHSG berbalik arah menuju zona positif menutup perdagangan sesi ini. Mengacu data RTI, indeks naik 0,21% atau 11,078 poin ke level 5.345,625 pukul 11.30 WIB. Perdagangan sesi pertama ini melibatkan 3,79 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,30 triliun.

Sesi II, IHSG berhasil ditutup di zona hijau pada akhir pekan ini. Aksi beli asing rupanya menjadi salah satu faktor yang mengerek kinerja indeks.  Data RTI menunjukkan, pada pukul 16.00 WIB, indeks mencatatkan kenaikan 0,35% menjadi 5.353,46. Volume transaksi perdagangan sore ini melibatkan 5,966 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,659 triliun.

• Penguatan indeks itu, menurut Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, karena pelaku pasar kembali melakukan aksi beli sehingga mendorong indeks BEI bergerak di atas level support 5.320 poin. "Indeks BEI yang bertahan di atas area itu membuka peluang untuk bergerak lebih tinggi untuk perdagangan selanjutnya," katanya pada Antara (2/9).

Adapun analis teknikal Daewoo Securities Tasrul menilai, dari hasil optimalisasi indikator Money Flow Index (MFI) dan indikator W%R, IHSG saat ini cenderung naik dari support trendline.  "Namun volume transaksi masih berada di bawah rata-rata. Dengan demikian, diperkirakan potensi kenaikan IHSG masih terlihat namun akan terbatas di kisaran resistance di atas (limited upside)," jelas Tasrul.  Dia memprediksi, trading range IHSG untuk hari Senin (5/9) akan berkisar  antara level 5.311-5.391.

Rupiah

Sejak awal pekan rupiah sudah mengalami tekanan  setelah Gubernur The Fed Janet Yellen melemparkan pandangan positif mengenai prospek kenaikan suku bunga The Fed September 2016 mendatang. Hal itu, menurut Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, mempertegas optimisme pasar setelah sebelumnya beberapa pejabat The Fed juga melontarkan pernyataan hawkish soal prospek The Fed rate.

“Sementara dari dalam negeri nyaris tidak ada faktor yang bisa jadi penopang karena memasuki akhir bulan,” ungkap Reny. Tekanan justru bertambah dari internal karena di akhir bulan permintaan Dollar AS yang tinggi untuk memenuhi kewajiban pembayaran utang baik dari sisi pemerintah maupun korporasi. Namun, memasuki akhir pekan dukungan bagi rupiah datang dari rilis inflasi yang mencatatkan terjadinya deflasi di sepanjang bulan Agustus. Imbas data ini positif bagi pergerakan rupiah. "Nyatanya data ini berhasil membuat rupiah unggul di penutupan pasar hari ini," tutur Reny.

Berikut pergerakan rupiah selama sepekan:

Senin (29/8), mata uang rupiah tertekan di hadapan dollar AS terkena imbas pidato Janet Yellen. Mengacu data Bloomberg, di pasar spot nilai tukar rupiah ke Rp 13.266 per dollar AS atau melemah 0,41% dari pekan lalu Rp 13.212 per dollar AS pukul 10.07 WIB. Senasib, rupiah pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR) melemah ke Rp 13.275 per dollar AS atau 0,25% dari pekan lalu Rp 13.242 per dollar AS

Sore, Pidato Gubernur The Fed Janet Yellen pada akhir pekan lalu membawa tekanan bagi rupiah di hadapan dollar AS. Pelemahan rupiah dapat berlanjut jika data ekonomi negeri Paman Sam menunjukkan hasil positif. Di pasar spot pada Senin (29/8), nilai tukar rupiah melemah 0,42% ke level Rp 13.267 per dollar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu. Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah melemah 0,24% ke level Rp 13.275.

• Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra memaparkan, rupiah melemah setelah Janet Yellen menunjukkan optimisme kenaikan suku bunga The Fed pada pidato akhir pekan lalu. Kenaikan suku bunga The Fed sebenarnya masih belum jelas mengingat Yellen tidak menyebut dengan pasti waktu kenaikannya. Tetapi kemungkinan naiknya suku bunga di bulan September atau Desember tahun ini menjadi semakin besar.

Selasa (30/8), minimnya sentimen pada transaksi perdagangan hari ini menyebabkan rupiah bergerak flat. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 11.08 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di level Rp  13.264 per dollar AS. Sementara itu, kemarin, rupiah spot ditutup di level Rp  13.267 per dollar AS. Adapun kurs JISDOR rupiah hari ini menguat tipis dari Rp 13.275 menjadi Rp 13.260 per dollar AS.

Sore, pelemahan rupiah masih berlanjut meski dalam rentang yang kian tipis. Tekanan eksternal yang besar nyaris tidak memiliki peredam dari dalam negeri. Di pasar spot, valuasi rupiah tergelincir tipis 0,01% di level Rp 13.268 per dollar AS dibandingkan dengan hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah terangkat 0,11% di level Rp 13.260 per dollar AS.

• Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk, menuturkan bisa dikatakan pergerakan rupiah sepanjang hari terhitung flat. Hanya, memang arah pelemahan tetap terlihat.

Ini sebagian besar masih imbas dari pernyataan Janet Yellen, Gubernur The Fed yang positif mengenai kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. “Sampai ada sentimen baru yang signifikan dari AS, peluang USD tetap unggul masih terbuka,” ujar Reny. Masih menurut Reny,  potensi pelemahan rupiah akan semakin besar mengingat di akhir bulan seperti biasanya permintaan USD domestik cukup tinggi. Efeknya ini akan semakin memojokkan posisi rupiah. “Tidak banyak sentimen baru, dominasi eksternal masih akan terasa,” katanya.

Rabu (31/8), nilai tukar rupiah mencatatkan pelemahan pada transaksi perdagangan. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 10.57 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot menunjukkan posisi Rp 13.290 per dollar AS. Dengan demikian, rupiah melemah 0,16% dari level penutupan kemarin yang berada di posisi Rp  13.268. Pelemahan juga terlihat pada posisi rupiah berdasarkan kurs JISDOR. Hari ini, kurs JISDOR rupiah menunjukkan posisi Rp 13.300. Sedangkan kemarin, kurs JISDOR berada di level Rp 13.260.

Sore, nilai tukar rupiah terus mencatat pelemahan sejak awal pekan seiring dengan menguatnya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Di Pasar Spot, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah tipis 0,02% ke Rp 13.260 dibanding sehari sebelumnya. Sementara kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah tergerus 0,3% ke level Rp 13.300.

• Analis PT Garuda Berjangka, Sri Wahyudi, memaparkan, rencana kenaikan suku bunga The Fed masih menjadi sentimen yang menekan rupiah. "Semua mata uang masih fokus pada isu kenaikan suku bunga The Fed, apalagi semakin dekat ke bulan September," ujarnya. Isu tersebut mendorong penguatan dollar AS di hadapan mata uang lain termasuk rupiah. Sementara itu, dari dalam negeri, efek kebijakan tax amnesty yang sempat menjadi sumber tenaga bagi rupiah hingga saat ini belum menunjukkan perkembangan signifikan.

Kamis (1/9), nilai tukar rupiah bergerak flat pada transaksi perdagangan hari ini. Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 11.20 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot berada di posisi Rp 13.273 per dollar AS. Sementara itu, kemarin, posisi rupiah ditutup di level Rp 13.270 per dollar AS.

Sementara itu, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs JISDOR menguat 0,2% menjadi Rp 13.269 per dollar. Kemarin, kurs JISDOR berada di level Rp 13.300.

Sore, pergerakan rupiah cenderung stagnan dalam tiga hari terakhir. Pelaku pasar enggan berspekulasi menjelang rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) Jumat malam (2/9). Di pasar spot, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,01% di Rp 13.269 per dollar AS dibanding sehari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 0,23% ke level Rp 13.269.

• Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, menilai penguatan rupiah hanya merupakan rebound teknikal. "Mayoritas mata uang Asia menguat tipis terhadap dollar AS akibat profit taking," ujarnya. Dollar AS menguat sejak awal pekan lantaran spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. "Kemungkinan investor enggan berspekulasi menjelang rilis data Non Farm Payroll AS yang menjadi kunci kapan The Fed akan menaikkan suku bunga," imbuh Christian. Di samping itu, pergerakan rupiah cenderung stabil lantaran mendapat dorongan dari sisi domestik. Salah satunya potensi naiknya pemasukan fiskal dari tax amnesty. Rilis data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan angka deflasi 0,02% di bulan Agustus juga membawa sentimen positif bagi rupiah.

Jumat (2/9), rupiah masih bergerak stagnan cenderung menguat di hadapan dollar AS. Di pasar spot, pukul 10.28 WIB nilai tukar rupiah ke Rp 13.256 per dollar AS atau menguat tipis 0,10% dari hari sebelumnya Rp 13.269 per dollar AS. Senasib, rupiah pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR) ke Rp 13.261 per dollar AS atau menguat tipis 0,06% dari hari sebelumnya Rp 13.269 per dollar AS.

Sore,  nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 22 poin atau 0,17% ke Rp 13.247 per dolar AS. Rupiah dibuka menguat 0,11% atau 14 poin ke Rp 13.255 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada kisaran Rp13.219 - Rp13.280 per dolar AS.

• "Rupiah menguat di tengah harapan inflasi Agustus berpeluang turun serta kurs di kawasan Asia yang mayoritas menguat terhadap dolar AS," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta pada Antara (2/9). Selain itu, masih menurut Rangga, peningkatan uang tebusan amnesti pajak dalam beberapa hari terakhir juga cukup berhasil memperbaiki optimisme di pasar keuangan dalam negeri. Nah, sentimen dalam negeri yang relatif kondusif membuat nilai tukar rupiah berpeluang melanjutkan apresiasi walaupun tren penurunan harga minyak mentah dunia bisa membatasi ruang penguatan. Dari luar negeri, jelas Rangga, ada pengaruh dari rilis data penambahan tenaga kerja swasta di Amerika Serikat dari Automatic Data Processing (ADP) yang menunjukkan perlambatan sehingga mendorong dolar AS terkoreksi tipis.


Emas

Pekan ini emas Antam mengalami penurunan sejak hari Selasa.  Dibuka pada level Rp 606.000 per gram lalu sempat naik Rp 1.000 pada Selasa hingga akhirnya ditutup pada level Rp 603.000 di hari Jumat. Dengan demikian emas Antam selama sepekan ini mengalami penurunan sebesar Rp 3.000. Berikut pergerakan harga emas Antam pekan ini:

Senin (29/8), situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam dipatok Rp 606.000. Angka ini naik Rp 1.000 dari posisi harga Sabtu (27/8).

Selasa (30/8), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 607.000. Angka ini naik Rp 1.000 dari posisi harga Senin (29/8).

Rabu (31/8),   seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 602.000. Angka ini turun Rp 5.000 dari posisi harga Selasa (30/8).

Kamis (1/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam berada di posisi Rp 602.000. Angka ini sama dari posisi harga Rabu (31/8).

Jumat (2/9), seperti dikutip dari situs Logam Mulia, harga pecahan 1 gram emas Antam Rp 603.000. Angka ini naik Rp 1.000 dari posisi harga Kamis (1/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×