kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,47   -12,05   -1.29%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara cetak rekor tertinggi


Selasa, 06 September 2016 / 20:11 WIB
Harga batubara cetak rekor tertinggi


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga batubara semakin bertenaga. Kenaikan penggunaan di Asia serta pemangkasan produksi China melambungkan harga batubara dalam delapan bulan pertama di tahun ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (5/9), harga batubara kontrak pengiriman Oktober 2016 di ICE Futures Exchange melejit 7,2% dari hari sebelumnya ke level US$ 69,75 per metrik ton. Ini rekor harga tertinggi sejak Oktober 2014.

Selama delapan bulan pertama tahun ini, harga batubara sudah melambung hingga 49,6%. Selama bulan Agustus batubara juga mencatat kenaikan sebesar 0,50%.

Wahyu Tri Wibowo, Analis PT Central Capital Futures memaparkan, permintaan batubara terutama dari Asia yang mulai membaik berhasil mengangkat harga hingga ke level tertinggi tahun ini.

Jepang dan Korea Selatan berencana meningkatkan impor batubara di masa mendatang, sekaligus mengurangi impor gas alam cair (LNG) karena harga lebih mahal. Sementara konsumsi daya dari pembangkit listrik di China meningkat di atas harapan yakni sebesar 8,2% pada Juli mencapai 552,3 miliar KwH. Perbaikan pada data manufaktur serta konstruksi properti di China juga turut membantu naiknya harga komoditas secara umum.

"Sentimen dari China masih positif untuk batubara sampai jangka menengah karena batubara masih menjadi sumber energi utama yang menyediakan sekitar 70% kebutuhan pembangkit listrik China," papar Wahyu.

Akan tetapi, tren kenaikan harga batubara juga membawa ancaman koreksi. Isu perlambatan ekonomi global, pencemaran lingkungan hingga peralihan ke energi alternatif masih membayangi harga batubara. Isu ini pula yang menekan harga batubara ke level terendah setidaknya sejak tahun 2011 ke level US$ 42,15 per metrik ton pada 20 Januari lalu.

Saat itu, tekanan juga datang dari menguatnya nilai tukar dollar AS setelah The Fed menaikkan tingkat suku bunga bulan Desember.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×