Senyum IHSG semakin sumringah di sesi I

Kamis, 30 Juni 2016 / 12:18 WIB

Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) riang melompat di zona hijau di sepanjang sesi I hari ini (30/6). Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks ditutup dengan lompatan hampir 1% (0,97%) ke posisi 5.028,37.

Ada 186 saham yang menyokong lonjakan indeks. Sementara, 89 saham tercatat turun dan 82 saham lainnya tak berubah posisi.

Volume transaksi perdagangan hari ini melibatkan 3,816 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 4,157 triliun.

Bicara mengenai sektoral, tak ada satu pun sektor yang tertekan. Adapun tiga sektor dengan kenaikan terbesar di antaranya: sektor industri lain-lain naik 2,12%, sektor manufaktur naik 1,25%, dan sektor keuangan naik 1,22%.

Saham-saham indeks LQ 45 yang bertengger di jajaran top gainers adalah: PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) naik 4% menjadi Rp 1.170, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) naik 3,25% menjadi Rp 635, dan PT Sawit Sumbermas Tbk (SSMS) naik 3,03% menjadi Rp 1.870.

Sedangkan posisi top losers indeks LQ 45 dihuni oleh: PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) turun 1,74% menjadi Rp 19.800, PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 0,99% menjadi Rp 14.975, dan PT Siloam International Tbk (SILO) turun 0,87% menjadi Rp 11.450.

Asia juga terbang

Sementara itu, bursa Asia masih tampak sumringah hingga transaksi perdagangan siang ini. Pada pukul 11.54 waktu Tokyo, berdasarkan data Bloomberg, indeks MSCI Asia Pacific naik 1%.

Indeks ASX 200 Australia, misalnya, melesat 1,65%. Kenaikan indeks acuan Negeri Kanguru ini mendapat sokongan dari sektor finansial, bahan baku, dan energi.

Kenaikan juga terlihat pada indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang sebesar 0,82% dan indeks Kospi Korea Selatan sebesar 0,46%.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng naik 1,73% dan indeks Shanghai Composite China naik 0,12%.

"Sejauh ini, pelaku pasar tidak lagi menganggap isu Brexit menjadi suatu hal yang serius. Namun, krisis belum berlalu dan pasar saham global masih akan menghadapi volatilitas ke depannya," jelas James Paulsen, chief investment strategist and economist Wells Capital Management kepada CNBC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News