kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,27   -23,45   -2.53%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentimen-Sentimen Ini Akan Pengaruhi Pergerakan IHSG di Pekan Terakhir Desember 2021


Senin, 27 Desember 2021 / 07:00 WIB
Sentimen-Sentimen Ini Akan Pengaruhi Pergerakan IHSG di Pekan Terakhir Desember 2021


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sepanjang Desember 2021 berjalan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dominan ditutup di zona hijau. Dari 18 hari perdagangan yang sudah dilewati, IHSG hanya enam kali berakhir di zona merah. 

Meskipun begitu, dalam tujuh hari perdagangan terakhir, IHSG masih bergerak sideways di rentang 6.500-6.600. Level 6.500 disebut-sebut sebagai level psikologis IHSG. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (24/12), IHSG tercatat naik 0,11% ke level 6.562,9. 

Analis FAC Sekuritas Indonesia Patrick Jorghy Manek menilai, sentimen yang paling mempengaruhi IHSG saat ini adalah perkembangan penelitian serta kasus Covid-19 varian Omicron. Ada sebuah studi yang terindikasi klinis menyebutkan bahwa risiko fatalitas Omicron tergolong rendah sehingga sulit untuk memicu gelombang ketiga pandemi. 

Studi yang telah terkonfirmasi di Afrika Selatan dan Inggris tersebut dinilai memberikan katalis positif bagi pergerakan IHSG dan indeks saham lain di dunia. Di sisi lain, pengetatan kebijakan moneter di berbagai negara maju menjadi sentimen yang membuat rentang pergerakan IHSG cenderung tertahan kenaikannya.

Baca Juga: Kekhawatiran Investor Mereda, IHSG Diprediksi Menguat Pada Senin (27/12)

Untuk pekan terakhir di bulan Desember 2021, Patrick memprediksi IHSG masih berpeluang memperoleh katalis positif dari aksi window dressing. Akan tetapi, penguatan IHSG sebagai efek dari window dressing akan cenderung lebih terbatas. 

Pasalnya, belum ada sentimen positif tambahan yang memberikan dorongan kuat untuk pasar saham Indonesia. Pelaku pasar yang melaksanakan liburan akhir tahun juga biasanya cenderung cash out pada akhir Desember 2021.

Menurut Patrick, secara historis terutama pada tahun 2018-2020, perdagangan akan cenderung ramai di minggu kedua dan ketiga bulan Desember. Setelah itu, nilai transaksi cenderung turun di pekan terakhir bulan Desember bertepatan dengan momen Natal dan jelang Tahun Baru. 

"Jadi, hal tersebut bisa menjadi salah satu katalis pemberat window dressing. Untuk akhir tahun, selama IHSG bertahan di atas 6.525, IHSG berpeluang menguat ke 6.570, sebelum menuju 6.600 hingga 6.610," ucap Patrick saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/12). 

Baca Juga: Ada Window Dressing, Saham-Saham Ini Banyak Diborong Asing Selama Sepekan Ini

Sementara itu, jika tidak kuat bertahan di level saat ini, maka support terdekat IHSG berada di 6.555. Jika tembus, maka support selanjutnya berada di 6.529 dengan bottom di area 6.513. 

Bernada serupa, Analis BCA Sekuritas Mohammad Fakhrul Arifin juga menilai, sentimen IHSG saat ini sudah cukup terbatas. Mengingat bulan Desember akan segera berakhir, maka aksi window dressing juga sudah mau selesai.

"Di samping itu, pelaku pasar juga masih wait and see terkait perkembangan kasus Covid-19 setelah momen liburan Natal dan Tahun Baru 2022," kata Fakhrul. Ia memprediksi, pada pekan terakhir Desember 2021, IHSG akan bergerak cenderung terbatas dengan target akhir tahun di sekitar level 6.600.

Oleh sebab itu, Fakhrul menyarankan investor sebaiknya mengambil sikap wait and see. Meskipun begitu, ada kesepakatan bisnis yang mungkin cukup menarik untuk dipantau, seperti akuisisi PT Link Net Tbk (LINK) oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang kemungkinan bakal diumumkan dalam waktu dekat.

Melihat prospek positif ini, Fakhrul menyarankan pelaku pasar membeli saham EXCL dengan target harga Rp 3.800 per saham. Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga mendapat rekomendasi buy dengan target harga Rp 4.250 per saham. Selain memiliki fundametal bisnis yang kuat, TLKM akan diuntungkan dari kenaikan trafik data selama periode liburan Natal dan Tahun Baru.

Sementara itu, Patrick menyampaikan dua strategi, yakni bagi pelaku pasar yang berorientasi jangka pendek-menengah dan yang memiliki horizon waktu investasi jangka panjang. Untuk investor jangka panjang, penurunan harga yang terjadi dapat dijadikan kesempatan untuk mengakumulasi beli.

Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,59% Dalam Sepekan, Saham-Saham Ini Paling Banyak Dijual Asing

Menurutnya, saham sektor perbankan cukup menarik dikoleksi untuk investasi jangka panjang. "Pasalnya, saat terjadi akselerasi pemulihan ekonomi di 2022, maka dana asing akan masuk lewat sektor ini," ucap Patrick. 

Contoh saham-saham yang bisa dilirik adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Jago Tbk (ARTO), dan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO). 

Sementara itu, untuk pelaku pasar yang berorientasi jangka pendek dan menengah, Patrick menyarankan untuk wait and see terlebih dahulu. Mengingat, kondisi pasar saat ini sedang dalam keadaan yang kurang kondusif. 

Meskipun begitu, trader dapat memanfaatkan volatilitas harga yang terjadi pada saham-saham sektor energi dan industri dasar. Sebut saja PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×