Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir berhasil ditutup menguat pada perdagangan Jumat (29/5). Adapun sentimen yang menjadi penggerak mata uang Garuda dalam sepekan terakhir cukup beragam, baik dari global maupun domestik.
Mengutip Bloomberg, dalam sepekan nilai tukar rupiah tercatat menguat sebanyak 100 poin atau 0,68% dari Rp 14.710 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (20/5), menjadi Rp 14.610 per dolar AS pada penutupan Jumat (29/5).
Sementara itu, pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor, rupiah tercatat menguat dari Rp 14.785 per dolar AS pada Rabu (20/5) menjadi Rp 14.733 per dollar AS pada Jumat (29/5) atau sebanyak 0,35%.
Baca Juga: Perkasa, rupiah ditutup menguat 0,72% ke Rp 14.610 per dolar AS pada Jumat (29/5)
Head of Economy Research PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana mengatakan, dalam sepekan terakhir rupiah terapresiasi cukup baik. Bahkan pergerakannya berhasil menembus level support Rp 14.650 per dolar AS.
Selain itu, Fikri menilai risiko global tampak mulai menurun, khususnya dengan adanya relaksasi lockdown di berbagai negara. "Tampaknya, ini mulai memberikan kepercayaan kepada investor global akan recovery perekonomian secara global," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5).
Sementara itu, di saat yang sama data-data perekonomian Indonesia menunjukkan kondisi yang cukup stabil dibandingkan negara-negara setingkat. Alhasil, itu mampu memberikan kepercayaan tambahan bagi investor global untuk kembali masuk ke pasar Tanah Air dan mendorong capital inflow.
Fikri menambahkan, perbaikan juga tercermin dari yield Surat Utang Negara (SUN) untuk tenor 10 tahun yang berhasil menurun signifikan hingga 400 basis poin (bps) dalam waktu satu minggu.
Meskipun begitu, penambahan jumlah pasien Covid-19 di dalam negeri yang masih tinggi atau berkisar 400-700 orang per hari, masih jadi perhatian pelaku pasar. Ditambah lagi, hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas, dan memberikan rem bagi masuknya capital inflow secara besar-besaran ke dalam negeri.
"Walau di saat bersamaan USD Indeks tertekan, namun hal tersebut belum dimanfaatkan secara optimal oleh rupiah untuk bisa terapresiasi dengan cukup signifikan," jelas Fikri.
Baca Juga: Perkasa, rupiah menguat 0,45% ke Rp 14.649 per dolar AS di satu jam sebelum penutupan
Adapun sentimen domestik, seperti data inflasi yang stabil dan defisit transaksi berjalan (CAD) yang turun, ikut menjadi pemacu penguatan rupiah dalam sepekan terakhir.
Untuk pekan depan, dia menilai perkembangan terkait ketegangan AS dan China masih akan jadi perhatian dan memberikan dampak bagi pergerakan semua komoditas dan mata uang dunia, termasuk rupiah. Sehingga, volatilitas diperkirakan akan lebih besar terjadi di pekan depan, ketimbang pekan ini.
"Kemungkinan rupiah masih akan cenderung terapresiasi dan bergerak di rentang Rp 14.200 hingga Rp 15.000 per dolar AS," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News