Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengalami tekanan sepanjang tahun ini akibat sentimen kenaikan suku bunga dan kenaikan yield US Treasury, kinerja reksadana pendapatan tetap mulai membaik. Hal ini tercermin dari penguatan Infovesta 90 Fixed Income Fund Index yang digunakan untuk mengukur rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap.
Tercatat, sepanjang Mei, indeks tersebut berhasil tumbuh 0,13% secara bulanan, bahkan berhasil mengungguli kinerja reksadana saham dan reksadana campuran yang justru berada di zona merah secara bulanan.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto meyakini, kinerja reksadana pendapatan tetap ke depannya masih sangat mungkin untuk terus membaik dan bisa positif secara full year pada 2022 ini. Namun, ia bilang hal tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global maupun domestik.
Selama harga minyak dunia ke depannya bisa terkendali, lalu inflasi di Amerika Serikat secara perlahan bisa turun ke sekitar 6%, maka hal tersebut bisa jadi pertanda baik. Selain itu, inflasi domestik juga harus terjaga dalam batasan 3% plus minus 1%, maka besar kemungkinan imbal hasil reksadana pendapatan tetap bisa terus tumbuh sampai akhir tahun nanti.
Baca Juga: Diselimuti Katalis Positif, Kinerja Reksadana Diperkirakan Moncer pada Pekan Ini
“Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 1,5% - 1,75% sudah priced in. Jadi selama kenaikan suku bunga tidak melebihi rentang tersebut, tidak akan menjadi sentimen pemberat bagi reksadana pendapatan tetap,” kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Senin (6/6).
Hanya saja, jika ternyata sikap The Fed lebih hawkish dari ekspektasi pasar dan menaikkan suku bunga acuannya hingga 2% atau lebih, Rudiyanto menilai hal tersebut bisa jadi sentimen negatif untuk reksadana pendapatan tetap ke depan.
Sejauh ini, Rudiyanto menegaskan pihaknya sudah ambil kesempatan untuk optimalkan kinerja reksadana pendapatan tetap milik Panin AM. Salah satunya adalah dengan melakukan pembelian obligasi di harga murah, ketika yield SBN acuan 10 tahun sempat menyentuh level 7,5%.
Namun, karena sekarang yield SBN acuan 10 tahun sudah kembali bergerak ke bawah 7%, dia bilang pihaknya cenderung memilih untuk wait and see.
“Kami juga sambil mempertahankan durasi yang relatif pendek atau mengkombinasikan dengan obligasi korporasi bagi reksadana yang memiliki kebijakan untuk masuk ke jenis tersebut,” imbuhnya.
Baca Juga: Pasar Keuangan Moncer, Seluruh Reksadana Berhasil Catat Kinerja Positif di Pekan Lalu
Rudiyanto memperkirakan, untuk tahun 2022 ini, selama kondisi pasar kondusif dan sesuai dengan ekspektasi, reksadana pendapatan tetap bisa memberikan imbal hasil sebesar 3-5% nett.
Ia menyarankan untuk saat ini investor yang hendak masuk ke reksadana pendapatan tetap bisa memilih produk yang mayoritas berisikan tenor pendek atau berbasis obligasi korporasi karena menawarkan kinerja yang lebih stabil.
“Lalu, bagi yang memiliki horison investasi yang lebih panjang, misalkan 2-3 tahun, bisa masuk ketika yield sedang murah,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News