Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona yang tak kunjung mereda membuat kondisi bisnis dan ekonomi tersendat. Berbagai sektor industri pun tak luput dari getahnya. Hal ini berujung pada kinerja keuangan korporasi dan berbagai surat utang yang diterbitkan.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan, dampak penyebaran virus corona cukup mengganggu kinerja emiten-emiten saat ini. Cashflow perusahaan disinyalir menjadi salah satu hal yang paling kena imbasnya.
Ramdhan bilang, korporasi akan cenderung menunda atau mengurangi penerbitan obligasi selama penyebaran virus korona belum usai. Sehingga, refinancing pun berpotensi untuk terjadi. Ramdhan memprediksi penerbitan obligasi korporasi di kuartal II akan berkurang 15%-20%.
Baca Juga: Upaya pemerintah mengatasi corona mulai menumbuhkan kepercayaan investor
Adapun, sejak Maret hingga saat ini, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) telah menurunkan peringkat dan outlook 11 perusahaan seiring terus bertambahnya jumlah korban terinfeksi virus corona. Namun, dari total 11 emiten, terdapat 5 emiten yang masih mempunyai utang jatuh tempo di tahun 2020.
Kelima emiten itu adalah PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) sebesar Rp 271 miliar dengan jatuh tempo pada 9 Juli 2020, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) sebesar Rp 269 miliar yang akan jatuh tempo pada 12 Juli 2020, PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) sebesar Rp 300 miliar dengan jatuh tempo pada 27 Juni 2020, PT Modernland Realty Tbk (MDLN) sebesar Rp 150 miliar dengan jatuh tempo pada Juli 2020 dan PT Pos Indonesia MTN 200 miliar dengan jatuh tempo pada Desember 2020.
Ramdhan mengatakan emiten yang memiliki cadangan dana sehingga dapat melunasi utang jatuh tempo masih relatif aman. Meski begitu, cashflow perusahaan dan ekspansi yang terganggu akan menekan kinerja emiten tersebut. Sebaliknya, emiten harus menambal dengan menerbitkan obligasi yang baru. Selanjutnya, risiko yang dihadapi adalah meningkatnya cost of fund atawa biaya dana emiten.
Baca Juga: Rating obligasi korporasi dipangkas, investor perlu cari aman terlebih dahulu
Dari kondisi di atas, Ramdhan menyarankan investor yang hendak membeli obligasi korporasi tersebut untuk melihat seberapa besar perubahan ratingnya. Risiko sektor industri yang akan dituju juga perlu dipertimbangkan oleh investor dalam memilih. “Seandainya dari rating berubah, tetapi secara pasar masih baik dan cashflow-nya baik, tidak begitu jadi masalah,” kata Ramdhan.
Ramdhan mengatakan sektor keuangan dan pariwisata menjadi sektor industri yang memiliki risiko besar di tengah mewabahnya virus corona. Terlebih dengan adanya kelonggaran kebijakan dari pemerintah sebagai upaya menstabilkan perekonomian.
Baca Juga: Penerbitan obligasi korporasi di kuartal I 2020 tertahan pandemi corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News