Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah analis rekomendasi beli saham blue chip di sektor pertambangan emas, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Belakangan ini harga saham ANTM kembali tren melemah. Analis melihat ada potensi penguatan harga saham blue chip tersebut.
Harga saham ANTM pada perdagangan Senin 2 September 2024 ditutup di level 1.395, naik tipis 5 poin atau 0,36% dibandingkan sehari sebelumnya. Namun dalam perdagangan lima hari terakhir, harga saham ANTM terakumulasi melemah 85 poin atau 5,74%.
Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), harga saham ANTM masih melemah 340 poin atau 19,60%.
Saat harga saham ANTM melemah, analis rekomendasi beli saham blue chip ini. Salah satunya adalah Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta yang merekomendasikan buy saham ANTM dengan harga Rp 1.440 per saham.
Sementara Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan mempertahankan rekomendasi Netral untuk ANTM dengan target harga menjadi Rp 1.480 per saham. Darma menetapkan target harga ini berdasarkan kelipatan EV/EBITDA 8,3x (-0,5 SD dari rata-rata EV/EBITDA 5 tahun ANTM).
JPMorgan memberikan rekomendasi overweight untuk ANTM dengan target harga sebesar Rp1.490 per saham. .
JP Morgan melihat, kinerja keuangan ANTM akan meningkat pada tahun 2024 ini. Perhitungan JP Morgan, laba ANTM diestimasikan berada 10% di atas Street.
Pada semester I-2024, emiten yang memproduksi logam mulia ini melaporkan laba bersih sebesar Rp 1,3 triliun, meningkat baik secara kuartalan maupun tahunan.
Riset JP Morgan menyebut hasil ini telah mencapai 61%-62% dari target laba bersih tahunan yang diperkirakan oleh JPMorgan dan konsensus pasar.
Selain itu, hasil ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar karena adanya keuntungan valas lebih dari Rp 500 miliar pada paruh pertama 2024, serta penjualan Feronikel (FeNi) dan bijih nikel pada kuartal II 2024 kembali normal setelah kuartal pertama yang kurang baik.
Sementara untuk semester II 2024, JPMorgan memperkirakan hasil pada semester II-2024 tidak jauh berbeda dengan semester I-2024.
"Hal ini karena peningkatan volume produksi terutama nikel kemungkinan akan diimbangi oleh penurunan harga nikel karena harga nikel di pasar LME turun 9% sepanjang Juli 2024," tulis JPMorgan dalam riset (29/7).
Darmawan mengungkapkan, selama paruh pertama tahun 2024, harga nikel terdorong oleh serangkaian peristiwa geopolitik yang membuat harga nikel menjadi lebih tinggi dari perkiraan dan terdorong keterlambatan RKAB Indonesia. Tetapi harga kuartal dua lebih fluktuatif dan didorong oleh ketegangan geopolitik.
Meningkatnya perang dagang AS-Tiongkok merupakan hal yang tidak terduga. Tarif yang lebih tinggi untuk barang-barang Tiongkok dan pungutan yang lebih tinggi untuk mineral penting dapat mengganggu pasar nikel.
Gangguan ini mungkin terjadi akibat berkurangnya permintaan AS terhadap barang-barang Tiongkok, yang menyebabkan aktivitas manufaktur lebih lambat pada kendaraan listrik dan baja tahan karat, dan akibatnya, permintaan nikel yang lebih rendah.
Dengan data ekonomi Tiongkok yang lemah baru-baru ini dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat pada paruh kedua tahun 2024, dikombinasikan dengan produksi yang terus tinggi dari Indonesia yang mempertahankan kondisi kelebihan pasokan.
"LME atas nikel Rusia, dan ketegangan domestik di Kaledonia Baru, mendorong harga ke puncak US$ 21.000/ton pada minggu ketiga bulan Mei," tulis Darmawan dalam riset (12/8).
Sementara Darma memperkirakan harga nikel akan bergerak menyamping dan berkisar di sekitar US$ 16.500 - US$ 16.750/ton pada semester kedua tahun 2024.
Secara keseluruhan, Darma memproyeksikan harga rata-rata pada semester II-2024 lebih rendah 15%-22% dibandingkan tahun lalu.
"ANTM harus lebih didukung oleh segmen emasnya daripada nikel, karena meningkatnya harga emas dan emas batangan akibat ketegangan geopolitik," lanjut Darma.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta, menambahkan agar perusahaan tidak hanya mencari volume lebih tinggi ketika harga nikel rendah karena itu kurang profitable.
ANTM harus memanfaatkan permintaan nikel global ketika ekonomi China sudah pulih. "Jadi nanti permintaan global terhadap nikel akan meningkat. Daripada ANTM meningkatkan produksi nikel dan menjadikan penurunan harga nikel karena oversupply," kata Nafan kepada KONTAN, (2/9).
Baca Juga: Klik subsiditepat.mypertamina.id, Ini Cara Daftar QR Code Mypertamina untuk Pertalite
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News