Reporter: Kenia Intan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menghijau 3,40% sejak awal tahun atau year to date (ytd). Apabila dilihat lebih lanjut, mayoritas sektor di bursa memang menghijau sejauh ini.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), enam dari sebelas indeks sektoral menguat sejal awal tahun, bahkan penguatannya ada yang mencapai dua digit. Sebut saja, IDX Sector Transportation & Logistic (sektor transportasi & logistik) yang memimpin indeks sektoral dengan kenaikan 15,12% ytd. Selain itu, ada IDX Sector Energy (sektor energi) yang terkerek 13,14% ytd.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mencermati, dua indeks yang mengalami penguatan sejak awal tahun itu masih prospektif ke depan.
Permintaan komoditas yang masih tinggi dan harga komoditas yang masih menguat menjadi katalis positif saham-saham dalam sektor energi. Sementara, menurut Cheryl, sektor energi dan sektor transportasi & logistik saling berkaitan.
Baca Juga: Kasus Covid-19 7 Februari 2022 Terus Naik, Ini Rekomendasi & Prospek Saham SIDO
" Saat komoditas energi terjadi peningkatan permintaan, harganya naik karena supply terbatas. Dan pengirimannya akan menggunakan transportasi, sehingga secara tidak langsung menambah pemasukan sektor transportasi," ungkap Cheryl kepada Kontan.co.id, Senin (7/2).
Berbeda, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mencermati, sektor transportasi&logistik dan sektor energi yang memimpin indeks sektoral itu justru diindikasikan dalam fase akhir uptrend jangka panjangnya. Walau dalam jangka pendek ini, potensi kenaikan lanjutan masih akan berlanjut.
Kondisi uptrend yang dalam fase akhir itu sudah mencerminkan kinerja di tahun 2021. Di sisi lain, tidak sedikit valuasi saham yang sudah mahal.
"Artinya sudah naik lebih tinggi dibanding faktor ekspektasi pelaku pasar terhadap prospek bisnis perusahaan di 2022," ujarnya kepada Kontan.co.id.
Risiko koreksi memungkinkan terjadi nantinya, melihat kinerja kuartal I tahun ini. Apabila gagal melebihi tahun lalu, maka ada kemungkinan investor mengurangi posisi pada saham-saham di kedua sektor tersebut.
Ivan justru melihat, sektor yang melorot sejak awal tahun lebih menarik. IDX Sector Technology (sektor teknologi), IDX Sector Properties&Real Estate (sektor properti&real estate), dan IDX Sector Infrastructur (sektor infrastruktur) berpeluang mengakhiri fase koreksi.
"Sektor properti&real estate serta sektor infrastruktur mulai menguat mengindikasikan adanya potensi terjadi rotasi sektoral," ungkapnya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dicermati Usai IHSG Menyentuh All Time High
Sekadar informasi, sejumlah sektor mencatatkan pergerakan yang lesu sejak awal tahun. Walaupun memerah, penurunannya tidak ada yang mencapai dua digit.
Sebut saja sektor teknologi yang melorot 8,57% ytd. Ada juga sektor properti&real estate yang menurun 4,53%. Setelahnya disusul sektor infrastruktur yang tertekan 3,31% ytd.
Sektor-sektor yang lesu itu telah mengalami tekanan jual yang membuat valuasinya lebih murah. Ini bisa menjadi daya tarik bagi pelaku pasar untuk mulai melakukan akumulasi beli.
Oleh karenanya, terhadap sektor-sektor yang lesu itu, bisa dilakukan akumulasi secara bertahap untuk tujuan investasi setidaknya dalam setahun ke depan.
Di sisi lain, saham sektor keuangan khususnya perbakan juga atraktif. Apalagi, beberapa bank yang sudah merilis laporan keuangannya membukukan kinerja yang memuaskan. Pada perdagangan hari ini pun, saham perbankan mendominasi 10 besar total nilai transaksi terbesar di pasar.
Dari sektor keuangan khususnya perbankan, Ivan merekomendasikan buy BBNI dengan target Rp 8.500 per saham dan buy BBCA dengan target Rp 8.800 per saham.
Sementara dari sektor properti&realestate, disarankan buy CTRA dengan target Rp 1.100 per saham dan buy BSDE dengan target Rp 1.090 per saham.
Adapun di sektor infrastruktur, ada WIKA yang disarankan buy on weakness (bow) dengan target Rp 1.280 per saham. PTPP juga bow juga dengan target Rp 1.180 per saham.
Baca Juga: IHSG Selasa (8/2) Berpeluang Menguji Rekor Baru
Senada, Cheryl melihat saham-saham di sektor perbankan juga menarik saat ini. Apalagi kinerja beberapa bank, khususnya buku IV yang berada di atas ekspektasi.
Untuk jangka pendek, saham BBNI dan BBRI bisa buy. BBNI memiliki target harga Rp 7.800 per saham dan stop loss di Rp 7.200 per saham. Sementara BBRI memiliki target harga Rp 4.750 per saham dengan stop loss di Rp 4.200 per saham. Adapun SMDR dan TMAS memiliki target kenaikan sekitar 10% hingga 20%.
Terhadap sektor-sektor yang melorot dalam seperti sektor teknologi, Cheryl menganggap hal itu wajar saja karena tahun lalu kenaikannya sudah ratusan persen.
Adapun terhadap sektor properti&real estate dan sektor infrastruktur, sebenarnya ia melihat mulai adanya geliat saham. Sentimen IKN, pemulihan ekonomi, dan berlanjutnya program diskon PPN properti dari pemerintah menjadi katalis pendorongnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News