Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham properti dan real estate terlihat lesu sejak awal tahun. Ini tercermin dari IDX Sector Property & Real Estate yang tertekan hingga 4,85% secara year to date (ytd). Penurunan tersebut menjadi yang terdalam di bursa setelah IDX Sector Technology yang melorot hingga 9,76%.
Analis Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora mengungkapkan, tekanan yang dialami saham-saham sektor properti dan real estate diperberat oleh pandemi Covid-19 yang menekan daya beli masyarakat. Oleh karenanya, penjualan properti dan real estate belum benar-benar pulih.
Di sisi lain, lesunya saham-saham itu dipengaruhi rencana The Fed menaikkan suku bunga yang kemungkinan besar akan diikuti oleh kenaikan suku bunga BI-7 Day Reverse Repo Rate. Konflik Rusia dan Ukraina juga menjadi sentimen negatif karena dapat mengerek harga-harga komponen seperti baja, besi, semen.
Baca Juga: Punya Prospek Cerah pada 2022, Analis Rekomendasikan Saham Berikut
" Menambah cost biaya untuk pembangunan properti, sehingga berpotensi membuat margin keuntungan perusahaan akan tergerus," jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (27/3).
Mengutip data Bloomberg, lima top losers atau saham yang tertekan paling dalam di sektor ini ada POLL, CSIS, REAL, KOTA, dan DART. Kendati saham-saham itu tertekan paling dalam, ia mencermati pengaruhnya ke sektor properti dan real estate tidak begitu besar. Sebab, penggerak sektor ini cenderung pada saham-saham yang likuid dan berkapitalisasi besar.
Apabila melirik data RTI Business, saham-saham berkapitalisasi besar yang melorot cukup dalam sejak awal tahun ada BKSL dan LPKR. Keduanya tertekan 8,47% ytd dan 1,42% ytd. Sepengamatannya, investor terlihat masih wait and see terhadap BKSL sambil menunggu perkembangan right issue. Sementara untuk LPKR, kinerjanya masih mencatat rugi bersih sebesar Rp 573,29 miliar, sehingga para investor cenderung wait and see di emiten ini.
Baca Juga: Ini Pengaruh Transisi Pandemi Munuju Endemi Terhadap Saham Industrial
Dengan IHSG yang sudah menyentuh level 7.000, saham sektor properti dan real estate sebenarnya dipandang masih lagging. Oleh karenanya, sektor ini cukup menarik dan bisa dilirik oleh investor. Apalagi di tahun 2022 ini, sektor tersebut memiliki beberapa sentimen positif yang bisa menopang seperti Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) Properti selama 9 bulan di tahun 2022. Sudah disahkkan UU IKN akan membuat permintaan properti di daerah ibukota baru akan meningkat untuk jangka panjang.
Beberapa saham yang dipandangnya menarik ada BSDE dan SMRA. BSDE direkomendasikan buy on weakness di harga Rp 1.000 - Rp 1.200 per saham, stop loss di Rp 945 per saham. Adapun targetnya di Rp 1.200 per saham. Sementara itu, SMRA disarankan buy on weakness di harga Rp 750-Rp 780 per saham, stop loss di Rp 740 per saham. Adapun target penguatannya di Rp 920 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News