Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHS Markit merilis data Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia per-September 2019 mengulas kinerja sektor industri ini di kuartal III 2019. Hasilnya industri manufaktur Indonesia kian tertekan. Sepanjang kuartal III 2019 ini saja rata-rata PMI di 49,2 dan merupakan yang terendah sejak akhir tahun 2016.
Melansir riset yang diterbitkan IHS Market pada Selasa (1/10), data PMI Manufaktur Indonesia per-September 2019 berada di posisi 49,1 dari sebelumnya 49,0 di Agustus 2019.
Ada beberapa temuan pokok persoalan yang dijelaskan dalam riset IHS market adalah tekanan biaya jual karena perusahaan memberikan diskon. Hal ini dilakukan karena permintaan secara keseluruhan terus menurun. Kedua, kenaikan harga bahan baku sehingga perusahaan mengurangi aktivitas pembelian.
Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk (PEHA) Zahmilia Akbar menjelaskan dari sisi mikro yakni dari PEHA, permasalahan yang dipaparkan IHS Markit tidak terjadi.
Baca Juga: Industri manufaktur melemah, emiten farmasi ikut tertekan
“Karena mekanisme pemberian diskon bagi produk obat atau alat kesehatan PEHA agak berbeda dengan diskon pada komoditi lainnya,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (1/10).
Mila menjelaskan PEHA tidak memberikan diskon layaknya produk komoditas lain. Sedangkan untuk penjualan obat ke e-catalog yang cenderung dijual murah, PEHA menyesuaikan harga jual dengan melakukan efisiensi bahan baku.
Menurut Mila saat ini tantangan bagi industri farmasi secara garis besar adalah bertahan untuk terus tumbuh di tengah persaingan lebih dari 200 manufaktur farmasi lokal di Indonesia. Salah satu strategi khusus yang gencar dilakukan PEHA adalah merilis produk-produk inovatif di pasaran.
Dalam setahun PEHA berkomitmen meluncurkan 12 produk atau obat baru. Di sepanjang semester I 2019 PEHA baru merilis tiga produk baru. Mila menyatakan di semester II ini PEHA bakal merilis sisa produk yang sudah antre di pipeline PEHA.
Jika berbicara tentang segmen obat generik, Mila menyatakan tantangan dan juga peluangnya sangat terkait dengan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Sebab pendapatan PEHA mayoritas ditopang penjualan obat generik.
Mila menjelaskan Phapros terus berusaha melakukan efisiensi demi mengurangi biaya-biaya operasional yang timbul, termasuk melakukan upaya demi menjaga kestabilan harga bahan baku.
Baca Juga: Pendapatan Phapros (PEHA) diproyeksi naik 11,9%, ini rekomendasi Danareksa Sekuritas
Selain itu, Mila bilang PEHA juga melakukan kontrak jangka panjang dengan vendor terutama untuk produk-produk fast moving. Selain itu, PEHA juga menjaga spreading produk di chanel-chanel distribusi agar konsumen dapat dengan mudah mendapatkan produk kami di pasaran.
Kendati demikian, Mila belum bisa membeberkan kinerja di kuartal III karena baru closing kemarin malam. Namun dia meyakinkan ada beberapa segmen produk Phapros yang pertumbuhannya cukup bagus di Kuartal III ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News