Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit berada di level 39,1 pada bulan Juni 2020. Level tersebut meningkat 10,5 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 28,6.
Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menjelaskan, adanya pembukaan ekonomi secara bertahap mendorong kegiatan manufaktur, sehingga level PMI Manufaktur Indonesia menjadi lebih baik dibanding bulan sebelumnya. Aria memperkirakan level PMI Manufaktur Indonesia akan semakin meningkat hingga akhir tahun 2020. "Tentu proyeksi sektor manufaktur juga cukup positif arahnya dibandingkan kuartal II, " kata Aria kepada Kontan.co.id, Jumat (3/7).
Walaupun mengalami pemulihan secara bertahap, Aria bilang PMI Manufaktur Indonesia diprediksi akan menyentuh level 50,0 tahun depan. Asal tahu saja, industri manufaktur dapat dikatakan ekspansi jika berada di atas level 50,0.
Baca Juga: Kadin sebut kebijakan new normal hembuskan angin segar bagi industri manufaktur
Meksi belum pulih sepenuhnya, beberapa saham di sektor ini masih menarik untuk dilirik, di antaranya PT Astra International Tbk. Emiten berkode ASII itu menarik karena memiliki holding dari berbagai bidang bisnis. Misalnya saja, bidang otomotif yang diprediksi akan lebih baik dibanding enam bulan pertama 2020. Di sisi lain, ASII akan terkerek karena sentimen perbaikan harga crude palm oil (CPO), sehingga di kuartal III berpotensi ada kenaikan pendapatan.
Selain itu, saham emiten rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga masih layak dilirik karena pendapatannya yang cenderung stabil dan berpotensi meningkat. Emiten barang konsumen, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dinilai masih menarik di semester II ini karena berpotensi mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Aria menyarankan buy saham ketiganya dengan target harga ASII di 5.500, GGRM di 50.000, dan ICBP di 10.000.
Baca Juga: Gugus Tugas apresiasi Unilever putus mata rantai Covid-19 di area pabrik
Adapun menurut Aria, saham sektor manufaktur, khususnya subsektor barang konsumen yang mayoritas defensif, masih akan bertahan di semester II ini. Untuk subsektor aneka industri, juga akan mengalami pemulihan, mengingat pelemahan yang cukup dalam di sepanjang semester I 2020. Sementara, subsektor industri dasar dan kimia yang dianggap akan berat. "Perlu mendapatkan pendapatan lebih tinggi dan efisiensi operasi internal," imbuh Aria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News