Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor manufaktur diperkirakan masih akan lesu mengingat sampai hari ini aktivitas masih cenderung menurun. Alhasil, saham sektor manufaktur juga diperkirakan akan mengikuti pergerakan sektornya yang masih melemah.
Asal tahu saja, survei IHS markit menunjukkan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2020 sebesar 45,3. Padahal pada bulan Februari, PMI manufaktur masih berada di atas level 50 yakni 51,0.
IHS markit memprediksi pelemahan masih akan terjadi di kuartal II tahun ini. Asal tahu saja, pada kuartal I 2020, rata-rata PMI manufaktur 48,8. Adapun penurunan terjadi dipicu upaya menangani penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Kadin menilai stimulus fiskal memberikan dampak positif ke sebagian perusahaan saja
Analis Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menilai PMI manufaktur yang menurun pada Maret bukan hal yang mengejutkan bagi pasar. Sebab, pasar telah berekspektasi bahwa COVID-19 mempengaruhi kondisi ekonomi, apalagi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Ketika supply chain terganggu, pasti angka PMI manufaktur juga ikut terganggu," kata Alfred ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/4).
Ia menambahkan, kinerja sektor manufaktur memang masih akan berat ke depan. Dari sisi pendapatan emiten akan terkoreksi karena adanya penurunan permintaan. Adapun tekanan akan lebih terasa untuk emiten yang mengandalkan bahan baku impor. Sebab, kegiatan produksinya bergantung pada kondisi negara pengimpornya. Ia mencontohkan emiten yang bergerak di sektor pengemasan dan kimia.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menjelaskan penurunan PMI Manufaktur dipicu oleh kebanyakan orang yang mengurangi aktivitas dan permintaan secara menyeluruh.
"Semua emiten masih bisa bertahan, tentunya dengan efisiensi-efisiensi yang mereka lakukan," jelas Reza ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/4).