Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menambahkan tertekannya sektor kosmetik akibat tingginya harga bahan baku impor apalagi ketika rupiah mengalami depresiasi.
“Sentimen lainnya karena ekspektasi kinerja pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor penghalang bagi emiten untuk meningkatkan kinerja penjualan produk,” jelasnya.
Baca Juga: Begini strategi Kino Indonesia (KINO) mempertahankan pertumbuhan pendapatan
Salah satu strategi yang baik dilakukan emiten kosmetik adalah meningkatkan brand awareness lewat iklan atau promosi untuk mendongkrak kinerja penjualan.
Nah untuk mengurangi bebannya, Nafan menyatakan emiten kosmetik di sektor ini perlu melakukan efisiensi bisnis. Misalnya adalah gunakanlah segala sumber daya perusahaan secara efektif. Berikutnya adalah mengeluarkan produk-produk dalam kemasan ekonomis.
Tekanan pada sektor kecantikan dirasakan betul oleh PT Martina Berto Tbk (MBTO) sebab pada semester I 2019 perusahaan ini membukukan penurunan pendapatan hingga 14,46% year on year (yoy) dari yang sebelumnya Rp 277,90 miliar menjadi Rp 242,53 miliar.
Baca Juga: IHSG ditutup menguat 0,12% ke level 6.282,13 pada perdagangan, Jumat (9/8)
Adapun MBTO belum bisa membalikkan keadaan rugi bersih yang dideritanya sejak dua tahun lalu atau tepatnya 2017.
Di semester I ini MBTO membukukan rugi bersih sebesar Rp 17,18 miliar. Namun rugi ini tercatat berkurang dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 21,64 miliar.
Sekretaris Perusahaan MBTO Muhammad Shabri Hasan Sekretaris Perusahaan MBTO Muhammad Shabri Hasan menjelaskan rugi bersih yang dibukukan pada tahun ini disebabkan oleh perekonomian 2019 masih belum pulih serta persaingan pasar sangat kuat.
“Penjualan kosmetik di semester I 2019 memang biasanya berkisar 45% dari total penjualan satu tahun sehingga relatif lebih rendah dibandingkan dengan semester II,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Baca Juga: Supermaket bangunan BJ Home akan buka gerai di Harvest City