kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Sektor Konsumer Diproyeksi Bakal Meningkat Ditopang Momentum Pilkada dan Nataru


Senin, 11 November 2024 / 05:55 WIB
Sektor Konsumer Diproyeksi Bakal Meningkat Ditopang Momentum Pilkada dan Nataru
ILUSTRASI. Konsumen berbelanja kebutuhan harian di minimarket di Jakarta, Kamis (24/10/2024). KONTAN/Carolus Agus Waluyo/24/10/2024.


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesta politik seperti Pilkada berpotensi membawa dampak dalam meningkatkan konsumsi, sehingga emiten di sektor konsumer turut terangkat sentimen positif. 

Untuk diketahui, beberapa emiten konsumer adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT Mayora Indah Tbk (MYOR). 

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, momentum Pilkada sering kali diiringi oleh peningkatan belanja pemerintah atau government spending. Hal tersebut bisa menjadi peluang dalam mendorong aktivitas ekonomi, khususnya dalam memperkuat daya beli masyarakat dan pertumbuhan kinerja emiten di sektor konsumer. 

Selain itu, pada bulan Desember yang bertepatan dengan hari besar keagamaan, yang mana secara historis konsumsi masyarakat meningkat. Dengan demikian, Nafan optimistis bahwa faktor-faktor tersebut bisa membawa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 5% dari sebelumnya 4,95% pada kuartal ketiga. 

"Ini menandakan bahwa perekonomian Indonesia masih bisa resilient. Outlook perekonomian kita juga masih relatif bagus," Kata Nafan kepada Kontan.co.id, Jumat (10/11). 

Baca Juga: Laba Bersih Emiten Telko Tertekan Penurunan ARPU, Intip Rekomendasi Sahamnya

Tetapi demikian, Nafan juga mencatat bahwa tantangan utama masih berasal dari suku bunga yang tergolong masih tinggi. Meskipun kebijakan suku bunga tinggi ini bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, di sisi lain hal ini juga berdampak pada kenaikan biaya pinjaman atau borrowing cost. 

Nafan bilang kondisi ini dapat menekan konsumsi masyarakat, yang berpotensi mengurangi pertumbuhan di sektor konsumer. Oleh sebab itu, ia berharap BI dapat menurunkan suku bunga sehingga memicu peningkatan konsumsi rumah tangga. 

Director Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat sebenarnya dipengaruhi oleh besarnya peredaran dana di masyarakat. Semakin besar peredaran dana, semakin besar pula daya beli yang mendorong konsumsi dan permintaan terhadap produk.

Momentum hari besar biasanya identik dengan adanya tambahan uang di masyarakat. Misalnya, momen Lebaran ada THR dimana pekerja mendapatkan dana tambahan sehingga daya beli naik. Begitu pun dengan hari besar lainnya, termasuk Natal dan tahun baru (Nataru). 

"Namun, bukan berarti di luar momen hari besar masyarakat tidak berbelanja. Masyarakat tetap berbelanja, hanya saja secara kuantitas tidak sebanyak saat momen hari besar, ketika biasanya ada lonjakan permintaan," kata Reza kepada Kontan.co.id, Minggu (10/11). 

Baca Juga: Rekomendasi Saham Unggulan & Arah IHSG Usai Terjun 2,91% pada Pekan Lalu

Sementara terkait momen Pilkada, Reza meyakini hal tersebut bisa menjadi katalis positif bagi peningkatan konsumsi. Sebab biasanya terjadi pemberian bantuan, sehingga permintaan di produk-produk ritel, makanan, dan minuman bisa meningkat. Namun tantangannya sektor ini punya persaingan yang terbilang ketat. 

Selain itu harga bahan baku, kenaikan kurs dolar AS, hingga kenaikan harga BBM menjadi katalis penekan bagi kinerja emiten-emiten tersebut. 

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan momentum Pilkada serentak di akhir tahun berdekatan dengan periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) menjadi katalis positif bagi kinerja sektor ini karena keduanya biasanya diiringi dengan peningkatan konsumsi. 

"Terlebih juga mendekati Nataru yang biasanya dijadikan masyarakat untuk liburan dan potensi meningkatkan konsumsi masyarakat," kata Azis kepada Kontan.co.id, Minggu (10/11). 

Baca Juga: Menilik Kinerja Konstituen Indeks Kompas100 di tengah Lesu Pasar

Tetapi, lanjut Abdul, fluktuasi nilai tukar menjadi tantangan tersendiri bagi emiten sektor ini karena berkenaan dengan ekspor dan impor barang produksi maupun penjualan. Lebih lanjut, fluktuasi nilai tukar ini juga bisa menekan dari sisi bottom line. Karena fluktuasi nilai tukar ini akan menaikkan biaya bahan baku dan menjadi beban keuangan. 

Azis merekomendasikan overweight untuk saham di sektor konsumer ini. Ia memilih Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) sebagai pilihan utamanya dengan rekomendasi buy di target harga Rp 14.900 per saham. Selain itu Azis juga merekomendasikan CMRY trading buy dengan target harga Rp 5.950 per saham.

Selanjutnya: Harga BBM Pertamina Naik Per November 2024, Bandingkan dengan Shell, BP, Vivo

Menarik Dibaca: Promo 11.11 Mako Bakery November 2024, Aneka Cake Diskon Spesial Rp 19.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×