Reporter: Benedicta Prima | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fitch Solutions dalam risetnya menjelaskan tahun ini pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia diprediksi bakal tumbuh positif sebesar 8,7%. Bila terealisasi, kondisi ini cukup membaik bila dibanding tahun 2020 yang pertumbuhan sektor konstruksi minus 3,3%.
Fitch Solutions menjelaskan pertumbuhan signifikan sektor konstruksi pada tahun ini disebabkan oleh pelaksanaan vaksinasi Covid-19, dorongan penggunaan produk domestik serta berbagai dukungan di bidang infrastruktur yang dilakukan pemerintah.
Salah satu dukungan dari pemerintah adalah pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) yang diberi nama Indonesia Investment Authority (INA). Masih melansir laporan Fitch Solutions, INA dilaporkan sedang menyeleksi beberapa proyek infrastruktur termasuk konsesi jalan senilai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 37,64 triliun.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher Jordan menjelaskan bahwa sektor konstruksi di tahun ini dipastikan mengejar ketertinggalannya dari tahun lalu. Hal ini sejalan dengan proses operasional proyek yang diprediksi mulai pulih, dibandingkan tahun lalu di mana banyak pembayaran proyek yang tertunda.
Baca Juga: Sektor konstruksi tanah air diprediksi tumbuh 8,7 persen tahun ini
"Jadi kalau emiten cashflow-nya jelek pasti makin jelek, kalau cashflow bagus setidaknya masih ada cadangan untuk mengerjakan proyek lainnya," jelas Dennies kepada Kontan, Selasa (27/4).
Selain itu, dengan cashflow yang bagus, emiten yang memiliki banyak ruang untuk menggunakan alternatif pinjaman. Sebab apabila debt to equity ratio (DER) sudah tinggi, maka penggunaan pinjaman akan menambah beban dan sangat berisiko. "Jadi kalau mau melihat sektor konstruksi yang bagus itu harus cashflow bagus sama DER jangan tinggi," jelas dia.
Berdasarkan data laporan keuangan 2020, lanjut Dennies, kondisi DER paling bagus saat ini adalah PT PP Tbk (PTPP) dibandingkan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA). Adapun DER PTPP tercatat sebesar 3,7 kali dan WIKA 3,9 kali. Sementara itu kas operasional (operating cashflow) paling bagus adalah PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang tercatat sebesar Rp 1,38 triliun.