Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor konstruksi dinilai dibayang-bayangi oleh beberapa katalis positif yang dapat mengangkat kinerjanya di tahun ini. Hal ini juga karena anggaran infrastruktur yang mencapai Rp 417,4 triliun, atau naik 48,4% secara year on year (yoy), dan belum banyak didistribusikan di tahun ini.
Analis BRI Danareksa Maria Renata melihat sektor ini overweight, karena ada lima katalis positif yang dapat mengangkat sektor ini, seperti lebih banyak proyek infrastruktur akan dimulai di semester dua 2021, pemulihan ekonomi, berjalannya Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia, mengharapkan pertumbuhan yang kuat tahun 2021, dan valuasi yang menarik.
Beberapa perusahaan produsen semen juga dinilai akan mendapatkan imbas dari besarnya anggaran infrastruktur. Misalnya PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang menargetkan pertumbuhan 5% secara yoy di tahun ini.
Maria mengharapkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan di tahun 2021, mengingat kinerja yang lemah pada tahun 2020 di mana beberapa perusahaan membukukan hasil negatif. “Untuk tahun 2021, pendapatan diharapkan tumbuh lebih dari dua kali lipat untuk setiap perusahaan,” kata Maria.
Baca Juga: BTN telah merestrukturisasi kredit sejumlah debitur BUMN
Walaupun ia melihat bahwa pandemi yang masih melanda masih menjadi ancaman utama bagi sektor ini. Misalnya saja tahun kemarin di mana pemerintah memutuskan untuk memotong anggaran infrastruktur untuk pandemi.
“Hal ini akan menyebabkan keterlambatan dalam memulai proyek baru atau kemajuan pembangunan yang lebih rendah yang akan mengakibatkan permintaan yang lemah untuk jasa konstruksi dan material terkait,” ujar Maria.
Analis Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus dalam risetnya yang dirilis pada 8 Juni 2021 menilai sektor ini netral karena kontrak baru kontraktor BUMN di tahun 2021 dan 2022 masih di bawah atau hanya mendekati level pra pandemi, dan eksekusi investasi Indonesia yang dapat memakan waktu panjang.
Maria melihat ADHI sebagai pilihan utama di sektor ini, karena memiliki beberapa proyek besar yang berjalan dengan baik dalam hal pembayaran dan kemajuan untuk mendukung kinerja keuangan perusahaan. ADHI juga dinilai tidak memiliki risiko ekuitas dari Investasi baru dalam proyek infrastruktur.
Baca Juga: Piutang pembiayaan multifinance naik tipis pada akhir kuartal I