kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor komoditas belum melejit, analis prediksi industri alat berat masih akan flat


Senin, 21 Januari 2019 / 18:16 WIB
Sektor komoditas belum melejit, analis prediksi industri alat berat masih akan flat


Reporter: Yoliawan H | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri alat berat diprediksi akan berjalan stagnan di tahun 2019. Pemicunya adalah harga komoditas yang rawan terpengaruh kebijakan China serta sektor penyokong dari konstruksi dan infrastruktur yang sudah tidak semasif tahun 2018.

Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo mengatakan, emiten alat berat mulai melakukan antisipasi potensi perlambatan ekonomi di China dan Amerika Serikat yang mempengaruhi permintaan dari batubara.

Di sisi lain, mayoritas alat berat masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pertambangan batubara.

“Alat berat kemungkinan masih flat tahun ini dan tidak seagresif tahun 2018. Itu dikarenakan sektor penyokong lain dari sawit dan konstruksi pertumbuhannya tidak setinggi tahun 2018. Konstruksi mayoritas proyek sudah berjalan,” ujar Praska kepada Kontan.co.id, Senin (21/1).

Menurutnya, alat berat sentimennya akan dipengaruhi oleh komoditas. Wajar saja arahnya akan mengikuti komoditas dan sentimen global lain seperti perang dagang.

Senada, Managing Director Head of Equity Capital Market Samuel International Harry Su mengatakan industri alat berat akan berat di tahun 2019. Industri ini masih akan bergantung dari batubara.

“Batubara akan mengikuti penggunaan listrik. Listrik akan ikut permintaan produksi dari barang yang tergantung dari kondisi ekonomi. Industri alat berat bisa flat saja sudah bagus,” ujar Harry.

Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk (UNTR) Sara K. Loebis mengatakan, target penjualan alat berat UNTR di 2019 sebesar 4.000 unit. Padahal sebelumnya target di patok sebanyak 4.900 unit. Sayang, pihaknya enggan menjelaskan alasan revisi penjualan alat berat tersebut.

Harry justru berpendapat revisi dilakukan sebagai respon akan tren eksport batubara kedepan yang terpengaruh dari perlambatan ekonomi global.

Di kondisi ini, Praska masih merekomendasikan untuk masuk ke UNTR. Menurutnya investor bisa masuk untuk jangka pendek dengan target harga Rp 29.000-Rp 30.000.

“Alat berat yang sangat favorit itu UNTR karena diversifikasi bisnis dia diluar alat berat. Mereka juga bermain di komoditas dan juga akan ada tambahan dari tambang baru Martabe,” ujar Praska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×