Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah analis menilai sektor farmasi punya potensi baik di tahun ini. Sebab arah kebijakan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan anggaran kesehatan APBN 2019 ditambah 10,8% atau sejumlah Rp 123,1 triliun untuk alokasi kesehatan. Dua emiten yang patut dicermati adalah PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
Sasaran arah kebijakan dari peningkatan anggaran kesehatan adalah perluasan penerima bantuan iuran dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional 2019 sebanyak 96,8 juta jiwa diikuti peningkatan ketepatan sasaran. Kemudian perbaikan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan melanjutkan optimalisasi bauran kebijakan untuk keberlangsungan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Analis Invofesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan arah kebijakan ini akan jadi satu faktor yang menguatkan sektor jasa kesehatan, khususnya bagi emiten farmasi.
“Sebenarnya dampak terhadap sektor jasa ini tidak langsung yaitu dari peningkatan kualitas maupun kuantitas SDM. Jelas farmasi diuntungkan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/4).
Menurut Wawan masyarakat jadi punya akses pelayanan kesehatan secara langsung pasti dampaknya kebutuhan akan obat meningkat dan pelayanan rumah sakit meningkat juga.
Wawan merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham PT Kalbe Farma (KLBF) dan PT Kimia Farma (KAEF). Dua emiten ini diproyeksikan meraup untung dari penguatan rupiah karena bahan baku obat masih impor.
“Rupiah yang menguat tahun ini akan sangat baik untuk profit margin mereka. Jadi dari sisi margin akan membaik,” ujar dia.
KLBF, anggota indeks Kompas100 ini, ada potensi menguat 20% dari posisi per April ini dan ada ekspansi. Kebutuhan obat juga akan meningkat sesuai dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia.
Wawan merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham KLBF dengan target harga Rp 1.800 per saham hingga akhir tahun nanti.
Melihat dari KAEF, wawan juga menjelaskan ada potensi kenaikan harga yang tidak kalah dengan KLBF. Melansir dari laporan keuangannya di akhir tahun 2018 pendapatan bersih tumbuh 27% menjadi Rp 415,9 miliar pada 2018.
Wawan rekomendasikan KAEF dengan target harga Rp 3.300 per saham pada akhir tahun nanti
Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas juga menyoroti KLBF dan KAEF di sektor farmasi.
Sukarno menjelaskan jika melihat rasio price to earning (PE) KLBF berada di 28,7 kali lebih murah jika dibandingkan KAEF di 41 kali.
Begitu juga jika menggunakan rasio Price to Book Value (PBV), KLBF 4,8 kali dan KAEF 5,4 kali.
Sukarno rekomendasikan wait and see sham KLBF karena pergerakannya masih sideways. “Jadi masih menunggu jika dia berhasil break resist baru ada konfirmasi beli, namun sebaliknya jika gagal atau breakdown diharapkan hati-hati,” ujar dia.
Sedangkan untuk KAEF Sukarno merekomendasikan untuk sell dulu mengingat harga sudah overbought dan ada potensi turun lagi.
Analis Pacific 2000 Indra Then menjelaskan KLBF dan KAEF memang punya prospek yang bagus.
“Untuk masalah pilihan investasi saya belum berani rekomendasi beli. Bagi investor yang sudah punya lebih baik di hold saja sambil melihat arah kebijakan menjadi lebih jelas lagi,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News