Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham dalam sektor consumer non-cyclicals (barang konsumen primer) berkinerja lesu dibanding indeks consumer cyclicals (barang konsumen non-primer).
Ini tercermin dari data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mencatat, sektor barang konsumen primer yang melemah 7,43% secara year to date (ytd). Sementara sektor barang konsumen non-primer menguat 13,11% ytd.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mencermati, sektor barang konsumen primer yang didominasi oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar memang cenderung tertekan sejak awal tahun. "Untuk barang konsumen primer itu banyak di saham-saham bigcaps yang notabene yang tahun ini belum naik terlalu banyak," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (18/10).
Sebenarnya, penguatan pada saham-saham bigcaps terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Akan tetapi, hal tersebut belum dapat mengangkat kinerja sektor barang konsumen primer dari zona merahnya. Asal tahu saja, beberapa saham bigcaps yang tercatat dalam sektor ini ada UNVR dan HMSP. Adapun pergerakan saham UNVR melorot 30,95% ytd, sementara HMSP menurun 23,26% ytd.
Baca Juga: Cermati rekomendasi saham Sillo Maritime (SHIP) dari Samuel Sekuritas
Penguatan saham-saham bigcaps yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir tidak terlepas dari rotasi pergerakan saham di bursa yang cenderung melirik saham-saham jumbo menjelang akhir tahun.
Di sisi lain, sektor barang konsumen primer lebih banyak dihuni oleh saham-saham dengan karakteristik defensif. Dalam artian, tidak terlalu banyak sentimen yang mampu mempengaruhi pergerakan harga saham-sahamnya. Adapun daya beli masyarakat masih kurang kuat jika berkaca dari data inflasi terakhir. Ini menjadi sentimen penekan terhadap saham-saham consumer staples dalam sektor ini, misalnya saja UNVR, ICBP, INDF, MYOR.
Berbeda dengan sektor barang konsumen primer, saham-saham sektor barang konsumen non-primer cenderung lebih sensitif terhadap sentimen-sentimen yang ada di pasar. Misalnya saja, pemulihan ekonomi dan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan mengerek saham di sektor tersebut, khususnya saham-saham ritel.
Di sisi lain, konstituen sektor barang konsumen non-primer didominasi oleh saham-saham lapis kedua dan lapis ketiga yang mencetak kenaikan harga cukup tinggi sepanjang tahun. Berkaca dari indeks SMC Composite, indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah, kinerjanya sudah meningkat hingga 25,85% ytd.
Baca Juga: Di tengah aksi merger dan akuisisi emiten telekomunikasi, analis jagokan saham ini
Mencermati kondisi di atas, Anggaraksa mengungkapkan, investor yang mengincar pertumbuhan atau growth, saham-saham dalam sektor barang konsumen non-primer memang lebih atraktif. Mengingat pergerakan saham-sahamnya cenderung meningkat lebih tinggi. Sementara bagi investor yang menyukai saham defensif dan dividend investing, bisa mencermati sektor barang konsumen primer.
Akan tetapi di kuartal IV ini, saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo akan kembali dilirik oleh investor. Oleh karenanya, Anggaraksa tidak menutup kemungkinan saham-saham sektor barang konsumen primer juga mengalami kenaikan harga yang signfikan hingga akhir tahun ini.