kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor Batubara Jadi Unggulan Lo Kheng Hong Tahun 2024, Saham Apa yang Prospek Cerah?


Rabu, 06 Maret 2024 / 07:24 WIB
Sektor Batubara Jadi Unggulan Lo Kheng Hong Tahun 2024, Saham Apa yang Prospek Cerah?


Reporter: Muhammad Musa, Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saham sektor perbankan dan batubara menjadi unggulan investasi oleh investor kawakan Lo Kheng Hong. Untuk sektor batubara, saham apa yang memiliki prospek bagus untuk investasi?

Dua sektor unggulan untuk investasi tersebut disampaikan Lo Kheng Hong saat menghadiri pengukuhan guru besar Lukas Setia Atmadja di Universitas Prasetya Mulya, pada Selasa (5/3).

Menurut Lo Kheng Hong, saham perbankan menarik dikoleksi karena sudah terbukti memiliki kinerja yang baik dengan laba yang meningkat setiap tahun. Sementara itu, emiten batubara juga masih royal dalam hal membangikan dividen. 

Selain itu, kedua sektor ini juga memenuhi kriteria saham pilihan Lo Kheng Hong yaitu berfundamental bagus dan memiliki valuasi yang murah. Ia optimistis saham-saham dari kedua sektor tersebut akan terus meningkat.

“Kalau situasinya aman, damai ya kita berharap saham-saham bisa pada naik gitu,” ujar Lo Kheng Hong kepada KONTAN.

Saat ini, Lo Kheng Hong diketahui mengempit sejumlah saham perbankan semisal  PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dan juga PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). 

Dalam menjalankan invstasi, Lo Kheng Hong terkenal menerapkan horizon waktu jangka panjang, sehingga ia meyebut dirinya belum akan melakukan rebalancing portofolionya saat ini.

Baca Juga: Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham AKRA, ESSA, EXCL, dan PTBA Untuk Rabu (6/3)

Rekomendasi saham batubara

Sejatinya, emiten batubara menghadapi tekanan berat sejak tahun 2023. Tak heran, kinerja keuangan emiten batubara pun melemah. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang hanya mampu mengantongi laba bersih sebesar Rp 6,10 triliun sepanjang tahun 2023. 

Melansir laporan keuangan per 31 Desember 2023, artinya raihan tersebut melorot 51,41% secara tahunan atau year on year (YoY). Padahal pada 2022, PTBA berhasil membukukan laba bersih Rp 12,56 triliun. 

Penyebabnya ialah penurunan pendapatan yang diterima emiten tambang batubara ini. Sepanjang 2023, PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 38,48 triliun yang melorot 9,75% YoY dari Rp 42,64 triliun di 2022. 

Beban pokok pendapatan yang ditanggung PTBA juga terpantau membengkak. PTBA harus menanggung beban pokok pendapatan sebesar Rp 29,33 triliun yang naik 18,83% secara tahunan. 

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menjelaskan kenaikan beban PTBA ini memang karena adanya peningkatan produksi sehingga membutuhkan biaya operasional yang lebih. 

"Kinerja PTBA masih akan bergantung pada fluktuasi harga batubara global, tetapi kami memandang positif jika PTBA dapat kembali menaikkan produksi di tahun ini," jelas dia saat dihubungi Kontan, Selasa (5/3). 

Adapun total produksi batubara PTBA pada Januari hingga Desember 2023 mencapai 41,9 juta ton. Angka ini tumbuh 13% dibanding tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton.

Setali tiga uang, kinerja PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mengalami penurunan sepanjang 2023. Laba bersih ITMG menyusut hingga 58,30% secara tahunan menjadi US$ 500,33 juta per akhir 2023.

Dari sisi top line, ITMG mengantongi pendapatan senilai US$ 2,37 miliar di 2023. Realisasi ini menurun 35% YoY bila dibandingkan dengan pendapatan di 2022 sebesar US$ 3,63 miliar.

Kemudian ada PT Adaro Energy Tbk (ADRO)  yang membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 1,64 miliar. Ini ambles 34,17% YoY dari US$ 2,49 miliar. 

Jika ditelisik, kontrak pada laba bersih ADRO sejalan dengan kontraksi pada pendapatan. ADRO membukukan pendapatan US$ 6,51 miliar sepanjang 2023 yang turun 20% secara tahunan. 

Felix mengatakan harga batubara tahun ini relatif akan terjadi normalisasi dengan rata-rata di kisaran US$ 115-US$ 120 per ton. Ini seiringan dengan peningkatan produksi yang masif dari dalam negeri. 

"Normalisasi juga terjadi akibat adanya peningkatan batubara dari konsumen besar secara global seperti India dan China seiring kenaikan kebutuhan PLTU," tuturnya. 

Rizkia Darmawan, Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas berasumsi harga batubara juga tidak akan naik tinggi sepanjang tahun ini atau setidaknya tidak akan lebih dari level US$ 150 per ton. 

Meski begitu, Darma menilai tekanan dari harga jual global sudah mulai mengalami normalisasi. Dus, Mirae Asset Sekuritas masih menyematkan peringkat netral untuk sektor batubara. 

Adapun Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan hold PTBA. Untuk target harga, Darma masih mempertahankan target di Rp 2.450. Walaupun PTBA parkir di level Rp 2.740 per saham pada Selasa (5/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×