kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sekitar 10% produk reksadana saham bergerak anomali


Selasa, 03 Desember 2019 / 06:12 WIB
Sekitar 10% produk reksadana saham bergerak anomali
ILUSTRASI. Ilustrasi Bursa Efek Indonesia - IHSG. KONTAN/Muradi/2017/09/26


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekitar 10% dari total reksadana diindikasikan sebagai reksadana anomali atau bergerak di luar kewajaran. Kebanyakan dari reksadana tersebut merupakan produk reksadana saham, dan beberapa dari reksadana campuran.

Berdasarkan data yang dimiliki Kontan, disinyalir terdapat sekitar 37 reksadana yang diduga bermasalah dan konon tengah diselidiki OJK. Jumlah tersebut berasal dari berbagai macam manajemen investasi, beberapa di antaranya Millenium Capital Management, Treasure Fund Investama, Emco Asset Management, Maybank Asset Management, ada juga Sinarmas Asset Management, dan masih banyak lagi.

Baca Juga: IHSG melejit, yuk cek PER dan PBV 20 saham LQ45 berikut

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyebutkan dari 330 reksadana yang ada saat ini, sebanyak 10% atau sekitar 37 reksadana dicurigai mengalami anomali. Artinya, produk reksadana tersebut mencatatkan penurunan lebih dari 40%.

"Kalau mengasumsikan reksadana yang jatuhnya sangat dalam di atas 20% year to date (ytd), dana kelolaannya di atas Rp 19 triliun," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Sabtu (30/11).

Wawan menjelaskan, ada tiga alasan mengapa 10% reksadana Tanah Air bergerak anomali. Pertama, pergerakan reksadana saham sudah by design (dirancang). Umumnya, reksadana by design itu dimiliki oleh single investor untuk memindahkan kerugiannya.

Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk saham berkapitalisasi kecil yang dilepas Minna Padi

Kedua, Wawan menyinggung kasus reksadana yang terjadi pada Narada Minna Padi. Umumnya, reksadana seperti ini dikelola secara tidak prudent, salah satunya dengan masuk ke saham-saham berisiko tinggi dan cenderung pergerakan harganya dimanipulasi.

Penyebab ketiga, ada kemungkinan bahwa Manajemen Investasi terlalu berani untuk mengambil atau menempatkan investasinya di aset-aset yang berisiko.

Berdasarkan data yang dimiliki Kontan.co.id, beberapa produk reksadana Emco Asset Management tercatat anjlok antara 43% dan 47% (ytd) per 25 November 2019.

Baca Juga: Membenahi Reksadana

Wawan menilai penurunan tersebut menimbulkan dugaan bahwa isi dari reksadana tersebut adalah saham-saham yang terkena auto reject bawah, dan bisa saja terkait dengan Narada.

"Ini masih dugaan, tapi ada kemungkinan portofolio dan returnnya (Emco) mirip dengan Narada," ungkapnya.

Adapun dari beberapa data yang dimiliki Kontan, beberapa Manajemen Investasi yang membukukan penurunan reksadana cukup dalam yakni dari PT Millenium Capital Management yang terjun antara 76% hingga 77%, disusul produk reksadana saham dari PT Treasure Fund Investama yang turun sebanyak 76,18%.

Bahkan, produk reksadana dari PT MNC Asset Management ada yang anjlok 62,95% ytd, diikuti, produk dari PT Jasa Capital Asset Management yang turun 57,82%, produk reksadana milik PT Sinarmas Asset Management juga turun 55,34%, dan ada juga dari PT Maybank Asset Management yang melorot 52,24% ytd.

Baca Juga: Menadah Saham eks Koleksi Reksadana Minna Padi

"Untuk Sinarmas dana kelolaannya Rp 30 triliun, ada satu produk yang jatuh sampai 60% dan kemungkinan dia masuk ke saham-saham third liner dan second liner untuk mengejar profit," ujarnya.

Meskipun begitu, Wawan meyakini meskipun beberapa MI masuk dalam daftar produkreksadana anomali, namun bukan berarti mereka sudah merancang hal tersebut dari awal. Sepanjang belum ada teguran resmi dari OJK maka tidak bisa menuduh.

Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Djustini Septiana mengonfirmasi bahwa benar saat ini otoritas tengah menyelidiki beberapa reksadana yang sedang bermasalah.

Baca Juga: Meneropong prospek saham-saham yang masuk dalam portofolio reksadana Minna Padi

"Tetapi untuk informasi detail jumlah dan penyebabnya bukan berada di kewenangan saya," ungkapnya saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (30/11).

Wawan menganjurkan kepada investor untuk melakukan diversifikasi portofolio. Idealnya, investasi reksadana saham bersifat jangka panjang, namun investor perlu memperhatikan apakah pilihan saham yang diambil manajemen investasi sesuai kaidah.

Apabila yang dipilih merupakan saham spekulasi, ada baiknya cutloss dan pindahkan ke reksadana yang lebih baik.

Di samping itu, Wawan mengungkapkan bahwa sebelum kasus auto reject Narada terungkap di masyarakat, sejak awal dan pertengahan tahun sudah ditemukan reksadana-reksadana yang menunjukkan anomali.

Baca Juga: Ini detail rencana pembubaran reksadana besutan Minna Padi

Fenomena single investor juga sudah disadari OJK, hanya saja belum ada pernyataan dari pihak otoritas untuk membubarkan reksadana yang dikelola secara by design atau single investor ini.

Namun tidak semua single investor merupakan financial engineering, ada juga asuransi yang memanfaatkan insentif pajak pada reksadana. Gambarannya, perusahaan asuransi 'menyekolahkan' produk obligasinya dalam bentuk reksadana, namun itu tidak merugikan siapa pun dan secara aturan pun masih diperbolehkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×