Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
"Ini masih dugaan, tapi ada kemungkinan portofolio dan returnnya (Emco) mirip dengan Narada," ungkapnya.
Adapun dari beberapa data yang dimiliki Kontan, beberapa Manajemen Investasi yang membukukan penurunan reksadana cukup dalam yakni dari PT Millenium Capital Management yang terjun antara 76% hingga 77%, disusul produk reksadana saham dari PT Treasure Fund Investama yang turun sebanyak 76,18%.
Bahkan, produk reksadana dari PT MNC Asset Management ada yang anjlok 62,95% ytd, diikuti, produk dari PT Jasa Capital Asset Management yang turun 57,82%, produk reksadana milik PT Sinarmas Asset Management juga turun 55,34%, dan ada juga dari PT Maybank Asset Management yang melorot 52,24% ytd.
Baca Juga: Menadah Saham eks Koleksi Reksadana Minna Padi
"Untuk Sinarmas dana kelolaannya Rp 30 triliun, ada satu produk yang jatuh sampai 60% dan kemungkinan dia masuk ke saham-saham third liner dan second liner untuk mengejar profit," ujarnya.
Meskipun begitu, Wawan meyakini meskipun beberapa MI masuk dalam daftar produkreksadana anomali, namun bukan berarti mereka sudah merancang hal tersebut dari awal. Sepanjang belum ada teguran resmi dari OJK maka tidak bisa menuduh.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Djustini Septiana mengonfirmasi bahwa benar saat ini otoritas tengah menyelidiki beberapa reksadana yang sedang bermasalah.
Baca Juga: Meneropong prospek saham-saham yang masuk dalam portofolio reksadana Minna Padi
"Tetapi untuk informasi detail jumlah dan penyebabnya bukan berada di kewenangan saya," ungkapnya saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (30/11).
Wawan menganjurkan kepada investor untuk melakukan diversifikasi portofolio. Idealnya, investasi reksadana saham bersifat jangka panjang, namun investor perlu memperhatikan apakah pilihan saham yang diambil manajemen investasi sesuai kaidah.
Apabila yang dipilih merupakan saham spekulasi, ada baiknya cutloss dan pindahkan ke reksadana yang lebih baik.
Di samping itu, Wawan mengungkapkan bahwa sebelum kasus auto reject Narada terungkap di masyarakat, sejak awal dan pertengahan tahun sudah ditemukan reksadana-reksadana yang menunjukkan anomali.
Baca Juga: Ini detail rencana pembubaran reksadana besutan Minna Padi
Fenomena single investor juga sudah disadari OJK, hanya saja belum ada pernyataan dari pihak otoritas untuk membubarkan reksadana yang dikelola secara by design atau single investor ini.
Namun tidak semua single investor merupakan financial engineering, ada juga asuransi yang memanfaatkan insentif pajak pada reksadana. Gambarannya, perusahaan asuransi 'menyekolahkan' produk obligasinya dalam bentuk reksadana, namun itu tidak merugikan siapa pun dan secara aturan pun masih diperbolehkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News