kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah risiko membayangi emiten semen, berikut rekomendasi saham SMGR dan INTP


Jumat, 11 Juni 2021 / 16:16 WIB
Sejumlah risiko membayangi emiten semen, berikut rekomendasi saham SMGR dan INTP


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2021 diyakini akan menjadi tahun pemulihan (recovery), tidak terkecuali bagi industri semen. Namun, analis menilai masih terdapat sejumlah risiko dan tantangan yang menyelimuti industri ini ke depan.

Analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin menilai, setidaknya terdapat tiga risiko yang membayangi emiten semen. Yang pertama, pertumbuhan permintaan yang lebih lambat dari perkiraan seiring pertumbuhan ekonomi yang lesu.

Mirae Asset Sekuritas berekspektasi, kegiatan ekonomi secara bertahap akan kembali berjalan dan membaik tahun ini. Namun, situasi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, peluncuran vaksin yang tertunda, hingga penerapan pembatasan sosial yang cukup ketat akan menjadi risiko terhadap pemulihan permintaan semen.

Kedua, faktor kenaikan biaya  yang lebih tinggi dari perkiraan. Kenaikan harga batubara dan bahan bakar dapat menimbulkan risiko penurunan margin profitabilitas. Selain itu, manajemen biaya  kemungkinan besar akan menjadi tidak efisien jika volume penjualan terpukul, seperti yang terjadi di kuartal kedua 2020.

Baca Juga: Kebijakan pemerintah positif bagi permintaan semen, ini rekomendasi saham INTP

Sebelumnya, Mimi meyakini, margin profitabilitas emiten semen akan meningkat seiring dengan pemulihan volume. Namun, pemulihan ekonomi global telah mendorong naiknya harga batubara yang kemungkinan akan berdampak negatif terhadap margin keuntungan perusahaan semen.

Ketiga, kondisi kelebihan pasokan (oversupply) yang lebih buruk dari perkiraan. Jika permintaan tidak pulih, maka kesenjangan (gap) antara penawaran dan permintaan akan semakin melebar, yang dapat memicu memburuknya perang harga .

“Perang harga yang sengit akan menyebabkan melemahnya profitabilitas yang lebih rendah dan menggerus bottomline,” tulis Mimi dalam riset, Senin (7/6).

Risiko adanya gap yang lebar antara pasokan dan permintaan di pasar memang akan tetap ada. Namun, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sebagai dua produsen semen teratas di Indonesia diyakini telah cukup matang dalam menghadapi kondisi ini.

Mimi mempertahankan rekomendasi overweight di sektor semen. Sebab, semester kedua akan menjadi musim yang lebih menguntungkan terhadap permintaan semen. Adapun rekomendasi di sektor ini adalah beli (buy) saham SMGR dengan target harga  Rp 12.500 dan trading buy saham INTP dengan target harga Rp 14.600 per saham.

Mimi memperkirakan konsumsi semen domestik hingga akhir 2021 akan tumbuh menjadi 66,2 juta ton,  lebih tinggi dari estimasi yang dipasang sebelumnya yakni 64,6 juta ton. Meski demikian, konsumsi semen domestik pada kuartal pertama belum menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama disebabkan permintaan semen curah (bulk) yang masih lesu.

Selain itu, faktor cuaca yang kurang mendukung  hingga situasi pandemi yang berkepanjangan juga menahan pertumbuhan konsumsi semen domestik selama kuartal pertama.

Selanjutnya: Kejar kenaikan penjualan, begini strategi Semen Indonesia (SMGR)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×