kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sejumlah emiten LQ45 mencetak kinerja positif hingga kuartal III-2021


Senin, 01 November 2021 / 06:35 WIB
Sejumlah emiten LQ45 mencetak kinerja positif hingga kuartal III-2021


Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten dalam indeks LQ45 sudah merilis laporan keuangan hingga kuartal III 2021. Penelusuran Kontan, sejauh ini  ada 17 emiten yang sudah melaporkan kinerja keuangan, mayoritas membukukan pertumbuhan. 

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mencermati, perbaikan kinerja keuangan emiten hingga sembilan bulan pertama tahun 2021 ini merupakan hal yang wajar.  "Termasuk bagian dari pemulihan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang memang kondisi ekonomi buruk akibat Covid-19," jelas Sukarno kepada Kontan.co.id, Minggu (31/10). 

Ia menambahkan, diterapkannya lockdown di beberapa negara ataupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Indonesia membuat aktivitas masyarakat menjadi terhenti, sehingga konsumsi sempat menurun drastis sebelumnya. 

Adapun di antara emiten-emiten yang sudah merilis laporan keuangan, beberapa mencetak pertumbuhan kinerja yang signifikan. Misalnya laba bersih JPFA yang mampu meningkat hingga 486,07% year on year (yoy) menjadi Rp 1,50 triliun. Adapun pendapatan JPFA juga naik 23,11% yoy menjadi Rp 32,80 triliun. 

Selain itu, ada juga PTPP dan PTBA yang mencetak peningkatan laba masing-masing 207,46% yoy dan 175,90%  yoy. Di sisi lain, TPIA juga mampu membalikkan keadaan dari tadinya merugi US$ 19,72 juta menjadi laba US$ 165,40 juta. 

Baca Juga: Masih Jauh dari Level All Time High, Harga Saham-Saham LQ45 Masih Bisa Melejit

Senada, Analis Erdhika Elit Sekuritas Ivan Kasulthan mencermati, kinerja yang melejit itu memang tidak terlepas dari potensi pemulihan ekonomi di tengah pelonggaran PPKM. Mobilitas masyarakat yang meningkat pun turut mengerek konsumsi masyarakat. 

"Emiten poultry maupun emiten pertambangan cukup sensitif terhadap pemulihan ekonomi apalagi kondisi saat ini dari dalam negeri yang sudah mulai terlihat adanya perputaran roda perekonomian yang mulai membaik akibat dari pelonggaran PPKM," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (31/10). 

Bagi emiten JPFA yang memiliki  produk olahan dari industri poultry sebagai bahan penunjang makanan pokok ikut terpengaruh dengan kondisi tersebut. Sementara untuk PTBA, pemulihan ekonomi turut berdampak pada sektor industri di Indonesia, sehingga kebutuhan akan listrik pun meningkat. Ini menjadi pengaruh positif bagi PTBA, mengingat batubara merupakan energi pembangkit listrik dengan biaya paling murah dibanding lainnya. Di tambah lagi, dengan harga komoditas batubara yang meningkat tajam akibat tinggi permintaan global maupun domestik turut menopang penguatan kinerja keuangan PTBA.

Senada, Sukarno mengungkapkan, kenaikan JPFA dipacu peningkatan  volume penjualan disertai kenaikan harga day-old chicks (DOC) ataupun broiler pada saat kuartal I. Akan tetapi, di kuartal III  JPFA cenderung mengalami penurunan karena sempat ada pengetatan PPKM yang menekan permintaannya. Sementara untuk PTBA, kenaikan volume penjualan dan kenaikan harga komoditas batubara yang signifikan yang mengakibatkan peningkatan average selling price (ASP).

Di tengah pemulihan ekonomi yang mulai berdampak pada kinerja beberapa emiten, masih terdapat beberapa emiten yang mencetak kinerja lesu, Misalnya, emiten-emiten rokok dan UNVR. 

Kinerja emiten rokok GGRM dan HMSP memang mencetak peningkatan pejualan, akan tetapi laba bersihnya cenderung menurun masing-masing 26,79% yoy dan 19,63% yoy. Sementara untuk UNVR, pendapatan dan laba bersihnya kompak melorot. Pendapatannya menurun 7,48% yoy, laba bersihnya terkikis 19,48% yoy. 

Terhadap kedua emiten itu, Ivan melihat kinerjanya perlu diwaspadai. Emiten rokok masih perlu dicermati karena adanya kenaikan bea cukai rokok, sementara UNVR perlu mewaspadai terhadap karena harga komoditas Crude Palm Oil (CPO) yang terus meningkat. "Sehingga ini akan menjadi sentimen negatif bagi kedua emiten konsumsi tersebut," imbuhnya. 

Sukarno menambahkan, pelemahan daya beli masyarakat akibat pendemi membuat kinerja emiten-emiten itu lesu. Ditambah adanya kenaikan harga pokok penjualan yang menekan margin profitnya.

Punya peluang lebih baik

Untuk tahun depan, Ivan mengungkapkan emiten-emiten dalam indeks LQ45 berpotensi mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangannya yang lebih baik. Ini mungkin terjadi apabila pandemi Covid-19 dapat terkendali, sehingga roda perekonomian dapat berputar lebih cepat. 

Emiten yang berpotensi menguat kembali adalah emiten poultry dan emiten pertambangan. Jika pemulihan ekonomi terus membaik, maka kinerja keuangan bagi emiten-emiten tersebut berpeluang akan berlanjut. 

Sementara dilihat pergerakan sahamnya, saham-saham barang konsumen saat ini cenderung lebih menarik. Adapun saham-saham yang bisa dicermati hingga tahun depan adalah UNVR, ICBP, dan INDF. Saham-saham itu memiliki valuasi harga saham yang masih relatif murah. Sehingga saat ini bisa menjadi suatu momentum bagi investor untuk membeli dan menginvestasikan sahamnya di harga yang relatif murah. Untuk target sahamnya, UNVR berada di level 5.400 - 6.000, ICBP target di level 9.900 - 10.600, dan INDF target di level 7.000 - 7.400.

Senada, Sukarno mencermati, saham-saham seperti GGRM, HMSP, dan UNVR masih memiliki prospek menarik ke depan. Mengingat sejauh ini penurunan ketiga saham itu sudah cukup dalam, sehingga valuasinya cenderung lebih murah. Akan tetapi, ia tetap menyarankan untuk wait and see  terlebih dahulu sambil memperhatikan informasi terbarunya. Di samping itu, investor juga bisa mencermati pergerakan asing terhadap saham-saham tersebut.

Beberapa saham lain yang bisa diamati adalah BBNI, BBTN, SMGR, INTP, JSMR, TLKM, TBIG, AKRA, MEDC, ADRO, PTBA, WIKA, PTPP,  dan ASII. 

"Mayoritas saham secara valuasi sudah undervalue dan memiliki potensi tercipta kembali pertumbuhan pendapatan seiring pemulihan ekonomi," imbuh sukarno. Adapun potensi kenaikan saham-saham tersebut bisa mencapai 10%-20%. 

Selanjutnya: IHSG melemah di pekan terakhir Oktober akibat profit taking

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×