Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
“Kami tetap optimis dengan kondisi pasar batubara tahun ini, tetap berfokus pada produksi dan penjualan sesuai target. Tentunya kami juga akan mencermati tren Harga batubara, sesuai mekanisme pasar yang bisa naik dan juga bisa turun,” kata Sudin kepada Kontan.co.id, Selasa (14/3).
Adapun target produksi batubara tahun ini sekitar 40 juta ton dengan penjualan sekitar 41 juta ton, sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB)
Di Grup Saratoga, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) sama-sama membukukan kinerja solid sepanjang tahun lalu, yang didorong oleh kenaikan harga batubara dan juga kenaikan volume penjualan.
ADRO misalnya, meraih laba bersih US$ 2,49 miliar pada tahun lalu, meroket 167,07% dibanding tahun 2021 senilai US$ 933,49 juta. Hasil itu didapat dari pendapatan usaha yang melesat 103% secara tahunan, dari US$ 3,99 miliar menjadi US$ 8,10 miliar.
Rekomendasi saham
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Yanuar Hardy menilai, ruang pertumbuhan ASII ke depan akan cukup terbatas.
“Ini menimbang kemungkinan melambatnya pertumbuhan penjualan mobil karena kenaikan suku bunga, tidak adanya insentif PPN, dan persaingan pasar yang lebih ketat,” kata Robertus kepada Kontan.co.id, Selasa (14/3).
Lebih lanjut, kinerja segmen bisnis CPO, alat berat, dan batubara ASII juga diproyeksi akan menurun dibanding tahun lalu. Hanya saja, kenaikan pembayaran dividen dibandingkan periode sebelumnya dapat menjadi katalis jangka pendek untuk saham ASII.
Oleh karena itu, Robertus menaikkan target harga untuk saham ASII menjadi Rp 6.500 dari sebelumnya Rp 5.900 dengan mempertahankan rekomendasi hold.
Analis UOB Kay Hian Sekurtas Limartha Adhiputra mempertahankan rekomendasi sell saham ADRO dengan target harga yang lebih rendah, yakni di Rp 2.600 dari target harga sebelumnya di Rp 2.750. Rekomendasi ini disematkan dengan menimbang estimasi laba bersih ADRO akan menurun karena ekspektasi harga batubara yang lebih rendah di tahun ini.
Limartha memperkirakan rasio pembayaran dividen final untuk tahun buku 2022 setidaknya bisa mencapai 60%, dengan perkiraan pembagian dividen final sebesar US$ 996 juta.
Sementara Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano mempertahankan rekomendasi buy saham BSDE dengan target harga yang lebih rendah di Rp 1.300 dari sebelumnya Rp 1.400. Proyeksi dia, marketing sales BSDE akan menurun 5%, akibat kenaikan suku bunga KPR dan sentimen Pemilu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News