kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.942.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.395   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.907   -61,50   -0,88%
  • KOMPAS100 997   -14,27   -1,41%
  • LQ45 765   -9,88   -1,28%
  • ISSI 225   -2,18   -0,96%
  • IDX30 397   -4,54   -1,13%
  • IDXHIDIV20 466   -5,69   -1,21%
  • IDX80 112   -1,62   -1,42%
  • IDXV30 115   -1,15   -0,99%
  • IDXQ30 128   -1,29   -0,99%

Sejumlah Emiten Dirikan Perusahaan Baru, Ini Catatan Analis


Minggu, 22 Juni 2025 / 22:44 WIB
Sejumlah Emiten Dirikan Perusahaan Baru, Ini Catatan Analis
ILUSTRASI. Suasana main hall Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta Senin (16/6/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal minggu ini ditutup melemah 0,68% ke posisi 7.117,57. Pekan ini perhatian pelaku pasar akan tertuju pada dua agenda utama, yaitu pertemuan Federal Open Market Committee yang diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS), serta meningkatnya ketegangan dalam konflik antara Israel dan Iran. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten belakangan ini aktif mendirikan perusahaan baru, baik secara langsung maupun melalui anak usaha.

Langkah ini diambil sebagai strategi ekspansi bisnis dan untuk memperkuat portofolio usaha ke depan.

Berdasarkan penelusuran Kontan.co.id, dalam sepekan terakhir terdapat setidaknya tiga emiten yang mengumumkan pendirian entitas baru.

Baca Juga: Geopolitik Makin Panas, Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (23/6)

Contohnya, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) melalui entitas terkendalinya, PT Serpong Cipta Kreasi Tbk (SPCK), tengah mengembangkan proyek real estat di atas lahan milik pihak afiliasi SMRA, yakni PT Variatata (VT) dan PT Lestari Kreasi (LK) yang berlokasi di Serpong, Kabupaten Tangerang.

Untuk mendukung pengembangan tersebut, SPCK bersama VT dan LK mendirikan dua perusahaan baru, yakni PT Serpong Cahaya Harmoni (SPCH) dan PT Serpong Cipta Lestari (SPCL) pada 13 Juni 2025. Kedua entitas ini selanjutnya membeli lahan dari VT dan LK untuk pengembangan proyek.

Sementara itu, PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) melalui dua anak usahanya PT Arkora Energi Merah Putih (AEMP) dan PT Arjuna Hidro (AH) mendirikan dua entitas baru: PT Pembangunan Hydro Indonesia (PHI) dan PT Arkora Merah Putih (AMP) pada 17 Juni.

Baca Juga: Tumbang di Pekan Lalu, Begini Proyeksi Pergerakan IHSG, Senin (23/6)

Dengan ini, ARKO secara tidak langsung menguasai 99% saham di masing-masing entitas baru.

Pendirian ini merupakan bagian dari strategi ARKO untuk memperluas cakupan bisnis di sektor energi baru dan terbarukan.

Lain halnya dengan PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) yang mendirikan anak usaha baru bernama PT Energi Baik Alami (EBA) pada 16 Juni. POWR memegang 49.999 saham atau mewakili 99,998% dari total modal disetor EBA.

Entitas ini dirancang sebagai holding company yang akan fokus pada pengelolaan dan pengembangan investasi di sektor energi terbarukan.

Menurut Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama, pendirian perusahaan baru merupakan langkah strategis yang menjanjikan.

Baca Juga: Iran-Israel Makin Panas, IHSG Masih Akan Tertekan dalam Jangka Pendek

“Selain mendorong ekspansi, perusahaan baru memungkinkan struktur bisnis menjadi lebih fokus dan fleksibel untuk tumbuh secara independen,” ujarnya, Jumat (22/6).

Senada, Muhammad Wafi, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) mengatakan, entitas baru umumnya dapat bergerak lebih lincah dan fokus dalam pengambilan keputusan bisnis.

“Proses pendiriannya juga relatif mudah, selama tidak bertentangan dengan POJK 17/2020 dan POJK 42/2020, maka tak memerlukan RUPS,” jelas Wafi, Minggu (22/6).

Namun, para analis juga mengingatkan sejumlah risiko. Pendirian perusahaan baru membutuhkan suntikan modal awal dan ada kemungkinan terjadi tumpang tindih usaha dengan induk perusahaan.

Selain itu, jumlah entitas yang terlalu banyak dapat memperumit pengawasan dan memperlemah fokus manajemen bila diversifikasi tidak terintegrasi dengan baik.

“Oleh karena itu, pendirian entitas baru perlu dibarengi dengan perencanaan matang dan tata kelola yang kuat,” tegas Ekky.

Baca Juga: Dunia Menanti Balasan Iran Usai Trump Klaim Menghancurkan Situs Nuklir

Ia memperkirakan tren pendirian entitas baru akan berlanjut sepanjang sisa tahun 2025, seiring pemulihan sektor riil, meningkatnya akses pendanaan, serta insentif pemerintah, terutama di sektor properti, energi hijau, dan digitalisasi.

Wafi juga menambahkan, sektor seperti energi terbarukan, data center, dan bidang terkait Environmental, Social and Governance (ESG) akan menjadi lahan subur bagi lahirnya entitas baru.

Terkait saham emiten yang tengah gencar ekspansi, Wafi belum memberikan rekomendasi resmi, namun memproyeksikan harga saham SMRA dapat menembus Rp 700, ARKO di Rp 900, dan POWR di Rp 1.000 per saham.

Sementara Ekky menyarankan saham SMRA menarik dikoleksi di target Rp 500, POWR di Rp 800, dan ARKO sebagai opsi spekulatif di kisaran Rp 900–950 per saham.

 

Selanjutnya: Biaya Lebih Murah, Korporasi Lebih Pilih Terbitkan Obligasi Ketimbang Kredit Bank

Menarik Dibaca: JT Clinic dan Cinemora Luncurkan Roadshow Talenta, Didukung Kementerian Pariwisata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×