Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Dana yang berpotensi terkumpul dari aksi korporasi ini pun mencapai triliunan.
Sebut saja, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang berencana untuk menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 7,17 miliar lewat rights issue. Emiten petrokimia ini akan menggunakan dana hasil rights issue untuk belanja modal guna menambah kapasitas produksi Chandra Asri atau anak usaha di masa yang akan datang.
TPIA memang belum mengumumkan terkait besaran harga pelaksanaan rights issue. Namun, jika mengacu pada harga penutupan saham TPIA per Kamis (17/6) di level Rp 9.575, konstituen Indeks Kompas100 ini berpotensi meraup dana hingga Rp 68,65 triliun.
Ada pula PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 28,67 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 50 per saham. Jumlah ini setara sebanyak-banyaknya 23,25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh BRI.
Baca Juga: PPA jadi pemegang saham Indosat (ISAT), begini rekomendasi sahamnya
Aksi korporasi ini dilakukan dalam rangka pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan perseroan dengan Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani atau PNM.
Selain BBRI, perbankan lain yang berencana untuk menerbitkan saham baru adalah PT Bank KB Kookmin Tbk (BBKP). BBKP berencana menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 35,2 miliar saham. Jumlah tersebut melebihi total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh di Bukopin saaat ini yakni 32,67 miliar saham.
Apabila rights issue dilaksanakan di harga terakhir penutupan yakni Rp 416 per saham, maka dana yang dihimpun dari rights issue ini sebesar Rp 13,5 triliun. Rights issue ini akan memperkuat struktur permodalan BBKP dalam rangka memenuhi regulasi pemenuhan modal minimum.
Baca Juga: Optimalkan penyaluran kredit, BTN berencana rights issue awal 2022
Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu mengatakan, aksi rights issue berkaitan erat dengan rencana pengembangan bisnis masing-masing perusahaan. Oleh karena itu, harus dilihat bagaimana penggunaan dana hasil rights issue. “Kalau untuk pengembangan bisnis tentu akan baik, karena akan menambah nilai pemegang saham (shareholder's value),” terang Chandra kepada Kontan.co.id, Kamis (17/6)
Sementara itu, Chandra menilai momentum rights issue saat ini mungkin kurang baik. Hal ini mengingat pasar modal masih belum sepenuhnya pulih. Kembali lagi, perlu diperhatikan kebutuhan penambahan modal ini, apakah memang mendesak atau tidak.
Chandra menilai, jika dilihat dari penggunaan hasil rights issue, khususnya oleh BBRI dan TPIA, semuanya digunakan untuk pengembangan usaha. Dus, hemat dia, aksi rights issue yang dilakukan TPIA and BBRI lebih menarik karena renaca bisnis yang jelas dan pengembalian investasi yang baik. “Dengan tujuan investasi yang jelas, rights issue ini bisa dibenarkan,” sambung dia.
Baca Juga: BRI (BBRI) bakal rights issue, begini proyeksi harga pelaksanaannya menurut analis
Chandra bilang, aksi rights issue akan lebih menarik untuk dieksekusi apabila dananya digunakan untuk pengembangan bisnis, misalkan penambahan kapasitas atau penetrasi ke segmen baru. Jika misalnya dana hasil rights issue digunakan untuk membayar utang, Chandra menilai akan menjadi kurang menarik. Hal ini karena investor akan melihat aksi rights issue sebagai jalan terakhir untuk mengurangi utang.
Seharusnya, utang tersebut bisa dibayar dengan arus kas internal jika perusahaan/investasi dijalankan dengan baik, sehingga tidak membutuhkan dukungan dari pemegang saham melalui rights issue.
Baca Juga: Sejumlah emiten akan menggelar rights issue, siapa yang paling menarik?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News