Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kerap dibayangi oleh aksi jual berjamaah. Pelaku pasar mengenalnya dengan istilah sell in May.
Jika ditarik ke belakang, Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih melihat tren sell in May nyaris tidak pernah terjadi di bursa saham dalam negeri. Bahkan bila mencermati data historikal, IHSG justru lebih sering menguat di bulan Mei.
Dalam 10 tahun terakhir, periode 2011-2020, secara rata-rata IHSG memang turun 0,67% di Mei. Namun dalam periode tersebut, IHSG hanya turun di empat tahun, dan IHSG naik di enam tahun lainnya.
"Namun, kalau jual kan, ketika lagi tinggi," ujar Alfatih, Kamis (30/4). Ini mengapa IHSG pada Mei hanya turun pada tahun 2019 sebesar 3,81%, periode 2018 turun 0,18%, periode 2016 turun 0,86% dan periode 2012 turun 8,32%.
Baca Juga: Belum ada calon emiten unicorn dalam pipeline IPO BEI
Selebihnya, indeks positif. Kenaikan tertinggi IHSG di bulan Mei dalam 10 tahun terakhir terjadi pada Mei 2015 yang sebesar 2,55%.
Alfatih melihat, IHSG berpotensi positif di Mei ini. Efek tunjangan hari raya (THR) bakal meningkatkan daya beli, sehingga pergerakan saham-saham lebih positif. "Pada Mei, sepertinya juga masih fokus terhadap kebijakan di Amerika Serikat (AS) dan efeknya ke yield US Treasury. Ini akan sangat berpengaruh terhadap market," terang Alfatih.
Baca Juga: Kecil kemungkinan terjadi sell in May di pasar saham tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News