Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Ini memperhitungkan transformasi bisnis KLBF dari bisnis susu bubuk yang memiliki pertumbuhan rendah menjadi susu UHT yang memiliki pertumbuhan cepat dan serta adanya segmen produk nabati.
Peluncuran produk susu UHT, menurut Willy, akan memungkinkan KLBF untuk menangkap kebutuhan konsumen terhadap produk yang lebih kecil dan siap untuk dikonsumsi. Kehadiran produk ini juga memperkuat eksistensi KLBF di segmen general trade.
Manajemen menyebutkan, bahwa penjualan pada Juni-Agustus relatif stabil, dan ada rencana untuk menyesuaikan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sebesar 3% sampai 5% di paruh kedua 2022.
Dengan menimbang faktor ini, ditambah dampak positif dari bisnis Sanofi Indonesia yang akan dikonsolidasikan, Ariando menilai target pertumbuhan pendapatan penjualan yang dipasang di level 11% sampai 15% akan tercapai.
Baca Juga: Rekomendasi Saham KLBF, TOWR, ENRG, WIRG dari Samuel Sekuritas, Selasa (11/10)
Trimegah Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham KLBF dengan target harga Rp 2.000. “Risiko rekomendasi ini yakni pelemahan nilai tukar rupiah, pelemahan daya beli, dan permintaan biosimilar yang buruk,” tulis Ariando dalam riset.
Tahun ini, Trimegah memproyeksi KLBF akan membukukan pendapatan Rp 28,71 triliun dan akan naik menjadi Rp 32,12 triliun tahun depan. Dari sisi bottomline, KLBF diestimasikan mengempit laba bersih senilai Rp 3,55 triliun dan akan naik menjadi Rp 3,98 triliun di tahun depan.
Senada, Maybank Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi beli saham KLBF dengan target harga Rp 2.200.
Pengembangan bisnis yang dilakukan KLBF akan mengarah pada pertumbuhan earnings per share (EPS). Selain depresiasi rupiah yang signifikan, perubahan bauran penjualan (sales mixed) juga dapat mempengaruhi margin KLBF, yang menjadi risiko utama dari rekomendasi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News