kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Sebulan terakhir net sell asing di bursa mencapai Rp 3,88 triliun, ini penyebabnya


Minggu, 03 November 2019 / 18:22 WIB
Sebulan terakhir net sell asing di bursa mencapai Rp 3,88 triliun, ini penyebabnya
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (1/11/2019). Selama sebulan ke belakang, net sell asing mencapai Rp 3,88 triliun di semua pasar.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan Jumat (1/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,34% ke level 6.207,191. Selama satu bulan ke belakang, menurut data RTI, IHSG menguat 2,41%.

Meski telah menguat selama sebulan, tetapi investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net foreign sell). Selama sebulan ke belakang, net sell asing mencapai Rp 3,88 triliun di semua pasar (all market).

Kontan.co.id mencatat, terdapat sepuluh saham teratas yang paling banyak diobral asing dalam sebulan, yakni saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Baca Juga: IHSG mampu menguat di bulan Oktober 2019, bagaimana prospek hingga akhir tahun ini?

Selain itu, ada pula saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bank Danamon Tbk (BDMN), hingga PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).

Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai, aksi jual bersih asing dilkukan karena asing ingin mengurangi porsi kepemilikan di pasar ekuitas (saham) dan beralih kepada instrumen investasi yang lebih aman seperti Surat Berharga Negara (SBN).

Salah satu penyebabnya adalah efek eksternal seperti perang dagang yang saat ini belum menemui titik temu. “Jika melihat net sell yang terus berlanjut sementara porsi SBN asing masih naik kemungkinan adanya ‘switch’ kepada instrumen yang lebih aman,” ujar Alfred ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (3/11).

Baca Juga: Mengintip proyeksi pergerakan nilai tukar rupiah pada pekan depan

Pada akhirnya, aksi jual bersih asing yang berlangsung sejak Agustus pun berlanjut hingga Oktober 2019. Melansir dari RTI Business, dalam tiga bulan tersebut sudah Rp 20,99 triliun dana asing yang kabur dari pasar saham tanah air.

Meski dana asing terus kabur sejak Agustus 2019, namun Alfred menilai investor domestik masih cukup solid untuk menopang pergerakan IHSG.

“Investor domestik kita relatif cukup solid. Ketika asing dalam tiga bulan ini melakukan net sell, indeks kita masih tertahan di level 6200an,” kata Alfred.

Setali tiga uang, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyebutkan aksi jual bersih yang dilakukan asing tidak bisa lepas dari efek perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

“Saya kira aksi net sell ini masih wajar, karena masih adanya ketidakpastian dari adanya trade war,” ungkap William.

Ia mengatakan, aksi jual bersih yang dilakukan asing justru dapat menjadi peluang bagi investor lokal untuk membeli saham-saham dalam negeri.

Baca Juga: IHSG terkoreksi karena investor profit taking, begini prediksinya pekan depan

William memprediksi, aksi jual bersih ini akan berakhir setidaknya sampai isu eksternal mereda. “Saya perkirakan sampai ada kesepakatan mengenai perang dagang, kabarnya bulan ini akan ada pertemuan,” lanjutnya.

Selain itu, menurut Alfred, Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve System (The Fed) yang memiliki kecenderungan akan menurunkan kembali tingkat suku bunga acuan dapat menjadi katalis positif bagi investor asing untuk kembali masuk ke pasar saham tanah air.

Sementara dari dalam negeri, kondusifnya kondisi politik tanah air pasca pelantikan kabinet kemarin juga menjadi katalis positif.

Alfred menilai saham-saham consumers good seperti UNVR dan GGRM masih memiliki prospek yang bagus dan sisi fundamental yang solid. Ia juga menjagokan saham emiten properti serta emiten telekomunikasi seperti TLKM.

Senada, William juga menjagokan saham TLKM dan GGRM. Selain itu, ia juga merekomendasikan saham Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan UNTR.

“Karena pergerakan secara teknikal yang paling defensif saat IHSG menurun. Selain itu, dari sisi sektoral juga masih bagus,” imbuh William.

Baca Juga: Terjegal di Akhir Pekan. IHSG Masih Rawan Koreksi Hingga Dua Pekan ke Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×