Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Perseteruan kubu Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) membuat tensi politik dalam negeri kian memanas. Pada saat yang bersamaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok dalam, bahkan telah melewati level psikologis 5.000.
Lantas, apakah sentimen tersebut turut mempengaruhi motivasi para pemodal, khususnya pemodal asing untuk membenamkan duitnya di bursa lokal?
Direktur Utama Schroder Investment Indonesia Michael Tjoajadi bilang, pemodal asing tentunya memiliki perhatian khusus ke sentimen tensi politik tersebut. "Tapi, concern mereka itu lebih besar ke soal apakah Jokowi nanti berani mengeksekusi kebijakannya, khususnya soal kenaikan harga BBM subsidi," imbuhnya, Senin (13/10).
Sebab, kuatnya posisi KMP di parlemen dikhawatirkan dapat menjegal kebijakan yang akan diberlakukan oleh Jokowi. Kepemerintahan pasangan Jokowi-JK dikhawatirkan tidak akan berjalan mulus karena adanya potensi intervensi yang bakal dijalankan oleh kubu KMP.
Padahal, pemodal asing sangat menanti adanya kenaikan harga BBM subsidi. Jika kebijakan ini dieksekusi, efek pertama dan bersifat jangka pendek yang bakal dirasakan memang soal inflasi. Tapi disisi lain, kenaikan harga subsidi untuk jangka panjang justru menjadi katalis positif bagi makro ekonomi, khususnya perbaikan neraca perdagangan dan percepatan pembangunan infrastruktur.
"Jadi, apa yang lebih menjadi concern mereka itu adalah, jadi atau tidaknya kenaikan harga BBM dan jadi atau tidaknya proyek-proyek pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Perlu dilihat susunan kabinet dan ketegasan pemerintahan Jokowi di awal-awal pemerintahannya sebentar lagi," jelas Michael.
Nah, sekarang soal keputusan untuk berinvestasi. Andai harga BBM subsidi nanti jadi dinaikan, para pelaku pasar sepertinya sepakat jika sektor infrastruktur dan konstruksi memiliki prospek yang bakal lebih menarik.
"Sektor itu akan lebih bagus prospeknya jika harga BBM subsidi jadi dinaikan," ujar Jead of Sales and Marketing First state Investment Harsya Prasetyo pada kesempatan yang sama.
Karena menurut dia, dengan kenaikan harga BBM subsidi, dana yang selama ini digunakan untuk subsidi BBM bisa dialokasikan ke rencana lain yang dinilai lebih tepat sasaran dan memiliki multiplier yang lebih besar, yakni percepatan pembangunan infrastruktur.
Selain itu, kenaikan harga BBM subsidi dapat memperbaiki rating kredit Indonesia dimata ekonomi global. Pada akhirnya. Likuiditas didalam negeri bisa menjadi lancar yang juga bakal mempengaruhi perputaran investasi didalam negeri.
"Kami lebih tertarik dengan sektor infrastruktur, tapi bukan berarti menghilangkan portofolio di sektor yang rawan dengan inflasi seperti sektor perbankan. Bukan dihilangkan, hanya dimurangi saja," tutur Harsya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News