kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sebaran portofolio menambah kilau CTRA


Rabu, 19 Oktober 2016 / 08:07 WIB
Sebaran portofolio menambah kilau CTRA


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk (CTRA) merupakan emiten yang rajin ekspansi di luar Jabodetabek. Anda bisa dengan mudah menemukan proyek-proyek garapan salah satu perusahaan anggota Ciputra Group ini di berbagai daerah di Indonesia.

Salah satu yang terbaru, CTRA kini tengah menggarap dua proyek joint venture (JV) di Batam, yakni CitraLand Megah Batam dan Citra Aerolink. Cadangan lahan atau landbank pada dua kawasan itu masing-masing 17 hektare (ha) dan 500 ha.

Proyek di Batam ini bisa jadi ladang duit bagi CTRA. Berdasarkan survei Bank Indonesia (BI), harga properti residensial di Batam melonjak 11,3% dalam setahun. Tak heran jika rerata harga tanah di CitraLand Megah Batam mencapai Rp 3 juta–Rp 4 juta per meter persegi (m2).

"Dengan menggunakan asumsi tersebut dan pembagian JV 50:50, kami perkirakan ada gain dari kenaikan harga tanah Rp 876 miliar di proyek ini," ujar analis KDB Daewoo Securities Indonesia Franky Rivan, Selasa (18/10).

Ini juga membuat penjualan properti di Batam lebih menarik ketimbang Jabodetabek. Maklum, kenaikan harga properti di Jabodetabek untuk periode yang sama hanya 1,3%.

Di kawasan Gunung Putri, Bogor, rerata harga jual tanah paling rendah Rp 1 juta per m2. Angka ini masih lebih rendah dari Batam yang sebesar Rp 3 juta per m2. Padahal lokasinya yang berada dekat Jakarta jadi pemanis harga tanah di Bogor.

"Kami melihat, dekatnya jarak Batam ke Singapura adalah alasan utama dibalik harga properti Batam yang melonjak," imbuh Franky.

Sayangnya, dalam delapan bulan pertama tahun ini, CTRA baru mengantongi marketing sales Rp 3,8 triliun. Ini cuma setara 41% target perusahaan. "Tapi kami optimistis CTRA masih bisa merealisasikan targetnya," tulis analis UOB Kay Hian Securities Yasmin Soulisa dalam riset 13 Oktober 2016.

Tahun depan, marketing sales CTRA diprediksi tumbuh 5%. Kenaikan ini ditopang kenaikan rata-rata harga tanah dan sejumlah proyek yang akan diluncurkan, seperti proyek office tower di Ciputra International dan Newton Apartment Phase II.

Likuiditas bertambah

Saat ini CTRA sedang melakukan persiapan merger bersama anak usahanya, PT Ciputra Surya Tbk (CTRS) dan PT Ciputra Property Tbk (CTRP).

Analis Mandiri Sekuritas Liliana S. Bambang dalam riset akhir September lalu menyebut, merger ini bisa menambah likuiditas arus kas masuk di CTRA. "Hal ini juga akan berujung pada berubahnya proyeksi peringkat saham CTRA ke depannya," imbuh dia.

Apalagi, transaksi saham CTRP dan CTRS tak terlalu besar. Lima tahun terakhir, rerata transaksi saham CTRP cuma Rp 7 miliar, sementara CTRS cuma Rp 4,6 miliar. Bandingkan dengan CTRA yang mencapai Rp 18 miliar.

Dengan mempertimbangkan prospek positif CTRA di masa mendatang, para analis sepakat memberi rekomendasi beli untuk saham CTRA. Yasmin mematok target harga saham ini Rp 1.760 per saham.

Liliana menghitung target harga CTRA Rp 1.680 per saham, yang mencerminkan price to earning ratio (PER) 2017 sebesar 17,8 kali.

Sedangkan analis BCA Sekuritas Michael Ramba mematok target harga CTRA di Rp 1.925 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×