Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pemerintah mendorong PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) membeli 10,64% saham divestasi PT Freeport Indonesia. Ini untuk meningkatkan kepemilikan Indonesia atas Freeport menjadi 20%.
Menteri ESDM Sudirman Said merekomendasikan ANTM sebagai perusahaan BUMN yang akan membeli saham divestasi Freeport. "Paling masuk akal adalah Antam karena memiliki kegiatan sejenis," kata dia, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2014, perusahaan tambang asal AS, Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, wajib melepas 20% saham PT Freeport Indonesia sebelum 14 Oktober 2015.
Saat ini, pemerintah Indonesia memiliki 9,36% saham Freeport Indonesia. Sementara 90,64% saham lainnya dikuasai Freeport McMoran.
Membeli saham Freeport bisa menguntungkan ANTM. Sayang, saat ini kinerja ANTM anjlok dalam. Per September 2014, ANTM merugi Rp 563,9 miliar. Adapun, pendapatan turun 51,5% dari September 2013, menjadi Rp 5,81 triliun.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, bisa saja Antam menerbitkan obligasi sebagai sumber dana untuk membeli saham Freeport. Rasio utang ANTM masih kecil, baru 0,72 kali ekuitasnya. "Jadi, masih ada peluang untuk pendanaan," ujar dia.
Hans menambahkan, ANTM pun bisa menggunakan dana hasil penerbitan saham baru atau rights issue. ANTM akan mendapat tambahan penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 7 triliun lewat penerbitan saham baru. "Bisa saja dana rights issue digunakan jadi tidak sesuai dengan rencana awalnya untuk ekspansi," kata Hans.
Meski belum jelas sumber dananya, Hans optimistis, pemerintah akan membantu pendanaan untuk akuisisi saham Freeport tersebut. Sebab, divestasi saham Freeport juga atas dorongan pemerintah.
ANTM berencana menggunakan dana rights issue untuk beberapa proyek. Pertama, menyelesaikan perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP). Kedua, membangun unit produksi berkapasitas 40.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun. Terakhir, proyek Smelter Grade Alumina (SGA) di Kalimantan.
Analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri bilang, jika rencana ekspansi ANTM terwujud maka kinerja akan terdongkrak. Sebab, selama ini kinerja ANTM menurun karena pendapatan dari bijih nikel hilang. Ini pangkal aturan pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah. "Di 2013, bijih nikel bisa menyumbang 39% dari pendapatan perusahaan," tulis Stefanus dalam riset 8 Januari 2015.
ANTM akan meningkatkan volume produksi feronikel 21% year on year (yoy) menjadi 20.000 ton pada 2015.
Meski harga komoditas turun, Stefanus yakin, tahun ini kinerja ANTM bakal lebih baik. Dia memperkirakan, pendapatan ANTM menjadi Rp 10,12 triliun di 2015, dari proyeksi di 2014, Rp 7,92 triliun. Adapun, laba bersih bisa mencapai Rp 194 miliar di 2015, dari proyeksi 2014 yang rugi Rp 404 miliar.
Hans merekomendasikan buy saham ANTM di Rp 1.250 sementara rekomendasi Stefanus hold di Rp 1.100. Adapun, analis JP Morgan Lydia J. Toisuta merekomendasikan underweight dengan target harga Rp 780. Rabu (28/1) harga ANTM turun 1,41% ke Rp 1.050 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News