Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Animo masyarakat untuk berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) ritel analis proyeksikan akan ramai, meski kupon berpotensi menurun.
Di tahun ini pemerintah akan menerbitkan enam SBN untuk pemodal individu atawa ritel. Surat utang berjenis Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR009 akan menjadi SBN ritel perdana yang akan pemerintah tawarkan. Jika tidak ada aral melintang, masa penawaran seri tersebut akan dimulai pada 27 Januari.
Baca Juga: Menanti arah Bank Sentral Jepang, pasangan USD/JPY diprediksi sideways
Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan mengatakan permintaan SBR009 berpotensi tinggi. "Pemerintah memanfaatkan momentum yang baik, di awal tahun likuiditas masyarakat besar," kata Ariawan.
Senada, Fikri C. Permana Ekonom Pefindo mengatakan dengan membaiknya kondisi global dan domestik seharusnya penawaran SBN ritel akan disambut positif oleh pasar. "Kondisi saat ini mulai risk on (mau ambil risiko)," kata Fikri, Jumat ( 17/1).
Ariawan juga menilai pemerintah masih tertarik untuk berinvestasi di SBN ritel karena mayoritas memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dari bunga deposito. Selain itu, pajak SBN ritel juga lebih kecil, yaitu hanya 15%, sedangkan pajak deposito 20%. "SBN ritel masih memiliki kelebihan yang jadi nilai tambah buat menarik investor," kata Ariawan.
Untuk imbal hasil, Ariawan memproyeksikan kupon yang ditawarkan SBR009 tidak akan berbeda jauh dari kupon SBR008 yang bertengger di 7,2%.
Baca Juga: BNP Paribas Asset Management luncurkan BNP Paribas greater China equity syariah USD
Sementara, Fikri memproyeksikan kupon SBR009 berpotensi lebih rendah dari SBR008 maupun seri SBN ritel yang terakhir diterbitkan di tahun lalu. Sekedar informasi, sukuk tabungan (ST) seri ST006 menjadi seri yang terbit di akhir tahun lalu. Saat itu kupon ST006 berada di 6,75%.
"Kupon SBR009 akan didorong oleh spread yang mengecil dibanding seri sebelumnya, karena stance dovish dan kebijakan akomodatif BI yang masih akan berlanjut," kata Fikri.
Kondisi tersebut jadi menaikkan daya tawar pemerintah dalam menentukan kupon SBN Ritel dengan kecenderungan yang lebih rendah. Fikri menambahkan saat tren suku bunga turun maka kupon SBN ritel juga berpotensi turun.
Baca Juga: Patok Target Pertumbuhan Pendapatan 25%, HRTA Kian Ekspansif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News