Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak lama lagi, pemerintah akan kembali menawarkan Savings Bond Ritel seri SBR008 kepada masyarakat. Potensi penurunan kupon minimum SBR008 hampir sulit dihindari. Namun, instrumen ini masih punya daya tarik tinggi bagi para investor.
Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, seiring pemotongan suku bunga acuan, pemerintah juga mesti menurunkan kupon minimum SBR008.
Jika pemerintah mematok kupon SBR008 tetap di level yang sama seperti ST005 lalu, ada kekhawatiran migrasi dana dari deposito menuju SBN ritel meningkat. Hal ini dapat mengganggu likuiditas di perbankan yang dalam beberapa waktu terakhir mulai kesulitan meraup dana pihak ketiga (DPK).
Baca Juga: Generasi milenial pun sudah harus memikirkan investasi untuk pensiun
“Padahal beberapa bank sudah mulai menurunkan suku bunga deposito sebagai bentuk penyesuaian kebijakan moneter BI,” ujar dia, hari ini (2/9).
Ia pun memperkirakan kupon minimum SBR008 paling tidak berada di level 7%. Artinya, akan ada penurunan sebesar 40 bps dibandingkan kupon minimum ST005 dan 50 bps bila disandingkan dengan kupon minimum SBR007.
Dilihat dari pergerakan yield SUN tenor 2 tahun saat ini, Desmon menilai kupon minimum SBR008 masih sangat menarik di mata investor. Pasalnya, masih terdapat spread yang cukup lebar di antara kedua instrumen tersebut. Ini tentu dengan catatan pemerintah mematok kupon minimum SBR008 tidak sampai di bawah 7%.
Baca Juga: Sejumlah bank pangkas bunga deposito pasca penurunan BI rate
Asal tahu saja, hari ini yield SUN tenor 2 tahun atau seri FR0034 berada di level 6,40%.
Tak hanya itu, SBR008 diyakini masih akan unggul dibandingkan deposito dari sisi imbal hasil. Hal ini didukung oleh pajak imbal hasil SBR008 yang hanya 15% atau lebih rendah ketimbang deposito yang mencapai 20%. Belum lagi, risiko SBR008 juga rendah karena dijamin oleh pemerintah untuk pembayarannya.