Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) akan berfokus membenamkan investasinya ke sektor kesehatan dan energi baru terbarukan (EBT). Emiten yang berkecimpung di sektor investasi tersebut menyiapkan dana US$ 100 juta hingga US$ 150 juta untuk berinvestasi tahun ini.
Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menyebut, strategi ini dilakukan guna mengurangi eksposur perusahaan komoditas terhadap kinerja SRTG.
Saat ini, sekitar 85% portofolio SRTG berasal dari investasi di tiga perusahaan keping biru alias blue chips, yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). MDKA dan ADRO merupakan saham yang berkaitan dengan komoditas, dimana kinerjanya sangat tergantung dari pergerakan harga komoditas.
“Bukan berarti kami akan menjual (divestasi saham-saham tersebut), tetapi kami akan menambah investasi baru di sektor non komoditas, salah satunya adalah di sektor energi bersih,” kata Devin dalam paparan publik yang digelar Senin (15/5).
Baca Juga: Saratoga Investama Sedaya (SRTG) akan Tebar Dividen Rp 1 Triliun
Per kuartal I-2023, emiten besutan Sandiaga Uno ini mencatatkan kerugian Rp 4,39 triliun. Salah satunya berasal dari kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 5,10 triliun.
Kerugian ini berbalik dari keuntungan di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,89 triliun. Penghasilan dividen, bunga dan investasi per akhir Maret 2023 tercatat hanya Rp 14,49 miliar dari sebelumnya mencapai Rp 145,33 miliar.
Adapun nilai aset bersih alias net asset value (NAV) SRTG per kuartal pertama 2023 sebesar Rp57,0 triliun, turun 6% dari NAV per akhir 2022. Penurunan ini seiring dengan volatilitas pasar saham yang mempengaruhi return investasi Saratoga.
Nantinya, sektor EBT yang dibidik SRTG tidak hanya perusahaan yang berkecimpung di bisnis pembangkit, tetapi juga perusahaan yang berkecimpung di bisnis energi bersih lainnya, salah satunya karbon kredit.
Devin bilang, saat ini SRTG sudah berinvestasi di Forest Carbon yang menghasilkan carbon credit. SRTG juga saat ini berinvestasi di Xurya yang merupakan perusahaan sektor energi surya terbesar
Selain di sektor EBT, Saratoga juga akan mengincar investasi di sektor kesehatan, setelah sebelumnya mendivestasi seluruh kepemilikannya di saham PT Famon Awal bros Sedaya Tbk (PRAY).
“Seberapa besarnya (kontribusi EBT dan Kesehatan) terhadap kinerja nanti akan kami lihat. Tugas kami mengevaluasi sektor healthcare. Apakah akan dieksekusi di tahun ini semuanya tergantung kondisi,” sambung Devin.
Sebelumnya, pada Maret 2023, SRTG telah melakukan divestasi atas seluruh kepemilikannya di saham pengelola rumah sakit Primaya tersebut. Sebelum transaksi, SRTG memiliki 425,44 juta saham PRAY.
Pelepasan saham tersebut dilakukan untuk mendapat keuntungan (gain) dari investasi yang sudah dilakukan Saratoga Investama Sedaya di saham Famon Awal Bros. Setelah divestasi yang dilakukan pada 27 Februari 2023, SRTG tercatat sudah tidak memiliki lagi saham PRAY.
Baca Juga: Alasan Saratoga Investama (SRTG) Berencana Buyback 50 Juta Saham
Devin mengatakan divestasi tersebut dilakukan karena PRAY sudah berada di kondisi yang cukup mature, dimana saat ini jumlah rumah sakit Primaya sudah mencapai 16 unit. Berkaca dari kondisi keberhasilan mengantarkan PRAY berkembang, SRTG berkeyakinan mencari peluang investasi baru di sektor Kesehatan.
Kompetisi dan pengalaman menjadi aspek pertimbangan SRTG dalam menentukan porsi akuisisi saham suatu perusahaan. SRTG tak segan akan menjadi pemegang saham mayoritas jika SRTG sudah berpengalaman mengurus sektoral perusahaan tersebut.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei membenarkan, kinerja SRTG dipengaruhi oleh penurunan nilai investasi terutama pada saham perusahaan terbuka seperti MDKA, ADRO, TBIG.
Namun, rencana SRTG untuk berinvestasi pada sektor EBT diharapkan dapat meningkatkan kinerja portofolio SRTG di masa depan.
“Tetapi untuk saat ini mungkin belum terlihat hasilnya,’ kata Jono kepada Kontan.co.id, Senin (15/5).
Dalam jangka panjang investor masih perlu memperhatikan kinerja SRTG. Sementara dalam jangka pendek pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum menjelang pembagian dividen, dengan target harga terdekat di level Rp 2.040.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News