Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produksi dan distribusi pupuk PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF) membidik target pendapatan hingga akhir tahun 2023 senilai Rp 4,4 Triliun dan laba bersih Rp 423 miliar.
Jumlah ini menurut Yahya Taufik selaku Direktur Utama SAMF bisa dicapai mengingat peningkatan kinerja keuangan perseroan di semester 1-2023.
Jika melihat laporan keuangan, di semester 1-2023 SMAF berhasil membukukan penjualan senilai Rp 2,77 triliun, melonjak 91,12% secara tahunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan penjualan ini juga mendorong perolehan laba tahun berjalan juga melonjak. Sepanjang semester pertama tahun ini, laba tahun berjalan SAMF mencapai Rp 245,2 miliar, tumbuh 70,5% dari paruh pertama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 143,81 miliar.
Baca Juga: SAMF Optimistis Target Penjualan Rp 4,4 Triliun pada Tahun 2023 Bakal Terlampaui
Peningkatan dari sisi penjualan menurut Yahya dipengaruhi oleh tiga hal. Yang pertama adanya peningkatan kuantum baik dari existing customer yang melakukan extensifikasi luas lahan yang harus dipupuk.
“Yang kedua, juga dari customer baru yang semula menggunakan pupuk tunggal, beralih menggunakan pupuk NPK (Nitrogen, Fosfor, Kalium). Dan yang ketiga, adanya peningkatan harga jual yang disebabkan kenaikan harga bahan baku,” jelasnya, saat dihubungi Kontan, Senin (28/08).
Kemudian, terkait anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex), SAMF diketahui menganggarkan capex senilai Rp 369 miliar pada 2023. Sayangnya, capex ini belum terserap secara maksimal.
“Belum banyak yang kami realisasikan di semester 1, diharapkan pada semester 2 penambahan production line di pabrik Sampit bisa diwujudkan,” ungkap Yahya.
Lalu terkait ekspansi di sisa waktu 2023, perseroan mengatakan akan fokus meningkatkan kapasitas produksi pupuk di pabrik yang berada di Surabaya dan Sampit.
Sebagai informasi, SAMF yang didirikan di Sidoarjo, Jawa Timur, pada tahun 1998 ini memproduksi dan memasarkan pupuk, seperti briket NPK yang dijual dengan berbagai merek: Halei untuk tebu, Puklaet untuk karet, Koka untuk tanaman kopi, dan Palmo untuk sawit. Produk lainnya adalah butiran NPK dengan merek Pupindo, Fertindo, dan Phonika.
Perseroan juga meningkatkan kapasitas dan membangun unit produksi baru di Sumatera Utara, Kalimantan Tengah tepatnya di Sampit serta Jawa Timur di Surabaya untuk memperpendek jalur distribusi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News