Reporter: Amalia Fitri | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian Brexit masih menekan poundsterling. Akhir pekan lalu (8/3), poundsterling melemah terhadap euro.
Mengutip data dari Bloomberg, pada Jumat (8/3) pukul 17.00 WIB, pasangan EUR/GBP menguat sebesar 0,89% ke level 0,8630. Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, GBP masih akan loyo menghadapi euro, sejalan dengan ketidakpastian proses Brexit.
Menjelang pengambilan keputusan kembali Brexit pasca Perdana Menteri Inggris Theresa May gagal meyakinkan Uni Eropa keluar dengan sebuah kesepakatan, kemunduran perekonomian Inggris dan performa GBP diramal makin buruk.
"Sebenarnya, GBP sempat menguat karena faktor speculative buying. Bahkan sempat menekan EUR dan USD, tetapi karena faktor fundamental internal lebih kencang, hal ini membawa GBP melemah lebih jauh," tutur Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris di tahun 2019 tidak terlalu cerah dengan ekspetasi yang hanya berada di level 1,4% dari sebelumnya sebesar 1,3%. Wahyu menilai, keadaan ini disebabkan pula ketidakpastian Brexit yang membebani pengeluaran konsumen dan investasi berbisnis.
"Untuk menangkal hal tersebut, Pemerintah Inggris berusaha menaikan rate consumer spending dan juga pemotongan pajak jangka pendek, serta pencadangan mata uang. Tapi sayang, pilihan terakhir sepertinya bukanlah opsi menarik," jelas Wahyu.
Sentimen EUR sebetulnya tidak jauh lebih baik dibandingkan dengan GBP. Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan, ekonomi zona euro melemah lebih buruk daripada ekspektasi dan masih membutuhkan dukungan signifikan dari Bank Sentral Eropa. Draghi juga mengakui perekonomian zona Eropa saat ini terbilang mengecewakan.
Angka produk domestik bruto (PDB) Uni Eropa di kuartal IV 2018 cukup buruk, dengan pertumbuhan paling lambat sejak akhir resesi ganda pada tahun 2013. Tak hanya Jerman yang sempat lepas dari ancaman resesi ekonomi di awal tahun, kini ancaman juga mengintai Italia.
"Ekonomi Eropa juga lebih terpengaruh fluktuasi permintaan eksternal dibandingkan negara dengan ekonomi terbesar lainnya. Tingkat konsumsi juga melambat, dari rata-rata 1,7% pada 2017 menjadi hanya 1,0% pada kuartal III 2018, sebagian besar karena inflasi yang lebih tinggi dan tingkat tabungan yang lebih tinggi," terang Wahyu.
Selain itu, meningkatnya kebijakan populisme telah secara tidak langsung mengarah ke ketidakpastian yang lebih besar, meningkatnya ketegangan perdagangan dan Brexit, dan ini langsung berimbas ke kondisi kredit yang lebih ketat seperti di Italia.
Namun begitu, Wahyu melihat potensi EUR untuk menguat lebih besar dibandingkan GBP dalam jangka panjang. Secara teknikal, EUR masih berada di bagian upper level dan oversold level. Hal ini mampu menahan kejatuhan EUR, sehingga ada kesempatan rebound.
Pasangan EUR/GBP berada pada moving average berada di bawah 50,100, 200. Stochastic di level 87.38, dan MACD ada di 0,015. Wahyu merekomendasikan sell EUR/GBP.
Sementara untuk proyeksi Senin (11/3), pasangan EUR/GBP akan bergerak di rentang 0,8450 - 0,8720.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News