Reporter: Amalia Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih sangat terbebani kondisi eksternal hingga merosot dalam ke level Rp 14.314 per dollar AS jelang akhir pekan.
Mengutip data dari Bloomberg pukul 16:00 WIB, Jumat (8/3), rupiah terpantau melemah secara signifikan sebesar 1,21% atau sebesar 171,5 poin dari posisi sebelumnya di level Rp 14.142 per dollar AS.
Sementara menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di level Rp 14. 223 per dollar AS. Nilai tersebut melemah sebesar 0,66% dari posisi sebelumnya di lebel Rp 14.129 per dollar AS.
"Selama sepekan ini, rupiah sangat terbebani oleh faktor dari eksternal. Seperti yang diketahui, data-data ekonomi AS yang solid mampu menyapu atau melemahkan major currency pekan ini. Belum lagi masih santernya ketidakpastian kesepakatan perang dagang dan Brexit," tutur Ahmad Yudiawan, analis Monex Investindo Futures kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3).
Lebih lanjut, kondisi ini juga membuat rupiah terkoreksi hampir sepanjang minggu, walau sempat menunjukan penguatan pada Selasa (5/3) di level Rp 14.128 per dollar AS.
Sejak rilis data ekonomi AS diluncurkan pada Rabu (6/4), dollar AS mendapat dorongan dan kembali melemahkan rupiah. Data penjualan rumah baru di AS bulan Desember 2018 yang tumbuh 3,7% month on month (mom) atau lebih tinggi dibandingkan perkiraan yakni -8,7%.
Sementara PMI Composite di AS bulan Februari naik menjadi 55,5 dibandingkan bulan sebelumnya di level 54,4.
"Lalu hari ini, pelemahan rupiah terdorong oleh pernyataan Gubernur Bank Sentral Eropa (Europe Central Bank, ECB), Mario Draghi yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 1,9% ke 1,1%," tambah Yudi.
Pernyataan bernada dovish Draghi, membuat pelaku pasar melihat pertumbuhan ekonomi yang paling solid hanyalah AS. Terlebih, ada ekspektasi bahwa bank sentral AS The Fed kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga acuan Fed Rate sekali di tahun ini.
Ketidakpastian juga ditambah dengan belum adanya kesepakatan yang dihasilkan dari perundingan dagang AS dan China, serta Brexit yang makin berlarut menggentayangi Inggris.
"Nanti malam AS akan meluncurkan data ketenagakerjaannya. Jika hasilnya positif atau berada di atas ekspetasi, maka ini berpotensi makin menekan rupiah hingga pekan depan," jelasnya.
Cadangan devisa yang meningkat per Februari di level US$ 123,3 miliar dari US$ 120,1 miliar pada Januari, juga belum tentu dapat menahan tekanan kekuatan dollar AS pekan depan.
Yudi meramal, pekan depan rupiah masih akan melanjutkan tren pelemahan akibat faktor eksternal di rentang Rp 13. 900 per dollar AS - Rp 14.700 per dollar AS. Sementara pada Senin, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.100 per dollar AS - Rp 14.450 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News